kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gejolak pasar modal dan Lebaran kikis NAB industri reksadana


Jumat, 08 Juni 2018 / 06:50 WIB
Gejolak pasar modal dan Lebaran kikis NAB industri reksadana


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tertekannya pasar obligasi dan pasar saham beberapa bulan lalu, membuat Nilai Aktiva Bersih (NAB) industri reksadana terkoreksi. Adanya kebutuhan likuiditas jelang Lebaran dan libur panjang juga membuat NAB terkikis.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kamis (7/6), dana kelolaan atau nilai aktiva bersih (NAB) industri reksadana per akhir Mei tercatat turun 0,61% menjadi Rp 504,39. Sebagai perbandingan perolehan NAB di April 2018 sebesar Rp 507,49 triliun.

Dana kelolaan industri reksadana turun karena dana kelolaan pada reksadana pasar uang dan reksadana campuran juga turun. Sementara reksadana jenis lain catatkan kenaikan tipis.

Rinciannya, dana kelolaan reksadana pasar uang turun 13,24% menjadi Rp 59 triliun. Dana kelolaan reksadana campuran juga turun 4% menjadi Rp 24 triliun.

Sementara, dana kelolaan reksadana saham naik 0,73% menjadi Rp 139 triliun. Kenaikan juga terjadi pada dana kelolaan reksadana pendapatan tetap sebesar 0,97% menjadi Rp 104 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan NAB reksadana turun karena kinerja portofolio dari pasar saham dan obligasi juga sedang tertekan.

Di pasar obligasi harga Surat Utang (Negara) turun karena suku bunga BI 7 days reverse repo rate (7DRR) naik sebanyak 50 basis poin (bps) menjadi 4,75%.

Rio Ariansyah, Senior Vice President Recapital Asset Management mengatakan NAB industri reksadana turun karena masih terpengaruh isu kenaikan suku bunga di Amerika Serikat.

"Dampaknya, asing banyak pull out dananya karena sentimen kenaikan suku bunga AS dan melakukan aksi ambil untung dari pasar," kata Rio, Kamis (7/6).

Menurut Rio, reksadana pasar uang paling dalam penurunannya karena reksadana pasar uang merupakan tempat berkumpulnya dana asing dengan jumlah cukup banyak.

Sementara, Bayu Pahleza, Fund Manager OSO Manajemen Investasi mengatakan faktor utama NAB turun adalah karena redeem.

"Di reksadana yang kami kelola memang secara umum terjadi redeem," kata Bayu. Nasabah ritel yang mendominasi redeem di OSO Manajemen Investasi.

Menurut Bayu terjadi penurunan NAB di reksadana pasar uang dan reksadana campuran karena faktor investor yang memiliki tujuan investasi jangka pendek membutuhkan likuiditas.

Bayu pun setuju bahwa kinerja pasar saham dan obligasi beberapa bulan lalu memang kurang maksimal."Tetapi, biasanya nasbaah itu top up kalau lagi turun, nah ini malah redeem," kata Bayu.

Selain itu, bayu mengatakan mendekati libur panjang Lebaran, ada kecenderungan nasabah lebih suka memegang cash untuk keperluan Lebaran atau liburan.

Sementara, menurut Wawan ia belum melihat dengan berkurangnya NAB di industri reksadana saat ini disebabkan karena redeem para investor karena pada Mei 2018 ada net subscription yang cukup besar sebesar Rp 5 triliun di tengah adanya kebutuhan likuiditas investor jelang libur Lebaran.

Turunnya NAB reksadana pasar uang dan reksadana campuran menurut Wawan terjadi karena investor memindahkan investasi mereka ke reksadana saham atau pun reksadana pendapatan tetap. Oleh karena itu di peridoe Mei 2018 NAB reksadana saham dan pendapatan tetap masih tumbuh tipis.

"Switching terjadi dari reksadana pasar uang karena jenis reksadana lain seperti reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap sedang murah, jadi ini kesempatan mereka untuk masuk," kata Wawan.

Kepercayaan investor untuk masuk ke reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap juga didukung kejelasan kenaikan suku bunga BI.

Wawan memproyeksikan setelah masa libur Lebaran usai, NAB industri reksadana akan kembali bertumbuh. "Prospek dana kelolaan industri reksadana terus naik karena motor pertumbuhan dari institusi akan terus melakukan investasi dan investor ritel makin gencar lakukan investasi melalui reksadana online," kata Wawan.

Senada, Bayu mengatakan dua hingga tiga bulan setelah Lebaran, dana kelolaan akan tumbuh kembali. Pertumbuhan bisa lebih cepat terjadi bila Lebaran kali ini memberikan sentimen positif, seperti naiknya penjualan automotif, ritel dan penjualan Fast-moving consumer goods (FMCG).

"Dari sentimen positif tersebut investor dan pelaku pasar bisa lebih percaya diri dan risk appetite mereka tumbuh lagi," kata Bayu.

Rio menambahkan NAB industri reksadana akan kembali pulih setelah masa Lebaran usai karena didukung kondisi rupiah yang membaik dan bergerak stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×