kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Garuda Indonesia optimistis rapor biru di 2018


Rabu, 11 Oktober 2017 / 17:57 WIB
Garuda Indonesia optimistis rapor biru di 2018


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mematok pertumbuhan pendapatan sebesar 7% pada tahun ini. Meski sempat merugi di kuartal I 2017, namun, manajemen GIAA mengaku, tiga bulan terakhir ini, perusahaan berhasil membukukan laba.

Tak heran, pada 2018 mendatang, emiten pelat merah ini optimistis bisa mencetak rapor biru dengan meraup keuntungan.

Direktur Utama GIAA Pahala N. Mansury mengatakan, kuartal III-2017, GIAA sudah berhasil mencatat perbaikan dengan membukukan laba. “Kami belum bisa bicara angkanya. Kami lihat beberapa perbaikan, misalnya di triwulan III tahun ini tumbuh dua kali lipat dibandingkan triwulan III tahun lalu,” paparnya di Jakarta, Selasa (10/10).

Menurut Pahala, ada beberapa faktor pendorong naiknya kinerja GIAA di kuartal III. Jika dicermati, industri penerbangan memang sangat dipengaruhi oleh season. Faktor lainnya, menurut Pahala, stabilisasi pendapatan GIAA mulai muncul karena biaya per unit mulai turun.

Khusus di triwulan III-2017, Pahala mencatat, ada tiga season yang mendongkrak pendapatan yakni musim liburan, musim mudik, dan musim haji. “Dilihat dari setiap kuartal, kuartal III itu selalu paling bagus. Mudah-mudahan bisa dijaga di triwulan IV karena ada bulan Desember yang biasanya juga bagus,” ujarnya.

Dengan optimisme tersebut, GIAA menargetkan pendapatan tahun ini bisa tumbuh 7%, sedangkan tahun depan bisa tumbuh 9%-10%.

Adapun, sepanjang enam bulan terakhir tahun ini, GIAA menargetkan pendapatan mencapai US$ 70 juta. Meski demikian, Pahala mengakui, cukup sulit bagi GIAA untuk membukukan laba full year 2017. Mengingat di semester I-2017, Garuda Indonesia mencatat kerugian bersih sebesar US$ 282 juta atau Rp 3,7 triliun. Jumlah kerugian itu naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu Rp 826,6 miliar.

“Keuntungan di full year tahun ini memang agak sulit. Kalau kita menjaga momentum dan ada upaya efisiensi, kita harapkan bisa cetak laba di 2018,” tutur Pahala.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×