Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli
Adapun tantangan ke depan yang masih menjadi sorotan yakni, risiko kenaikan harga avtur yang menjadi beban perusahaan. Kondisi tersebut sekaligus berpotensi menciptakan peningkatan persaingan dengan kemungkinan masuknya pemain atau maskapai asing.
Untuk itu, Sukarno saat ini masih merekomendasikan wait and see terlebih dahulu karena pergerakan harga sebenarnya sudah menyentuh resistance, dan ada kemungkinan untuk turun jika breakdown ke level support Rp 550 per saham.
Baca Juga: Batik Air hari ini meresmikan penerbangan perdana internasional ke Nanning
Meskipun begitu, Sukarno mengakui bahwa secara valuasi harga saham GIAA masih berada di bawah rata-rata harga industri atau masih murah.
"Tinggal menunggu momentum teknikal, kalau sekarang belum ada sinyal untuk masuk, mungkin baru di Desember hingga pertengahan kuartal I-2020 dengan target harga Rp 670 per saham," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News