kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Garuda Indonesia (GIAA) bukukan laba US$ 122,42 juta, begini saran analis


Senin, 18 November 2019 / 21:48 WIB
Garuda Indonesia (GIAA) bukukan laba US$ 122,42 juta, begini saran analis
ILUSTRASI. Garuda Indonesia menerima pesawat A330-900


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 122,42 juta pada kuartal III 2019. Kondisi membuat perusahaan penerbangan pelat merah ini terbebas dari kerugian yang di periode sama tahun lalu merugi US$ 114,08 juta.

Kondisi tersebut, didukung oleh naiknya angka pendapatan GIAA sebanyak 9,9% atau menjadi US$ 3,54 miliar ketimbang periode yang sama tahu n lalu yang hanya US$ 3,21 miliar.

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIIA) tambah Airbus berkapasitas 300 penumpang

Meskipun begitu, bukan berarti GIAA otomatis akan mencatatkan kinerja cemerlang di masa depan. Beberapa tantangan masih harus dihadapi emiten penerbangan tersebut untuk memastikan prospeknya memang bisa cemerlang di jangka panjang. 

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas mengungkapkan, keberhasilan GIAA dalam membukukan laba di kuartal III-2019, karena faktor dari kenaikan harga tiket di mayoritas penerbangan.

Apalagi, dilihat dari rasio gross margin yang meningkat menjadi 20,21% sampai kuartal III-2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni tercatat 10,11%.

"Peningkatan itu, dampak diberlakukannya kenaikan harga tiket," kata Sukarno kepada Kontan, Senin (18/11).

Baca Juga: Termasuk Garuda, sejumlah maskapai Asia mengurangi penerbangan ke Hong Kong

Adapun tantangan ke depan yang masih menjadi sorotan yakni, risiko kenaikan harga avtur yang menjadi beban perusahaan. Kondisi tersebut sekaligus berpotensi menciptakan peningkatan persaingan dengan kemungkinan masuknya pemain atau maskapai asing.

Untuk itu, Sukarno saat ini masih merekomendasikan wait and see terlebih dahulu karena pergerakan harga sebenarnya sudah menyentuh resistance, dan ada kemungkinan untuk turun jika breakdown ke level support Rp 550 per saham.

Baca Juga: Batik Air hari ini meresmikan penerbangan perdana internasional ke Nanning

Meskipun begitu, Sukarno mengakui bahwa secara valuasi harga saham GIAA masih berada di bawah rata-rata harga industri atau masih murah.

"Tinggal menunggu momentum teknikal, kalau sekarang belum ada sinyal untuk masuk, mungkin baru di Desember hingga pertengahan kuartal I-2020 dengan target harga Rp 670 per saham," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×