kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

FOMC dan RDG BI mendatang tidak terlalu berdampak ke pergerakan CDS Indonesia


Minggu, 17 Maret 2019 / 17:16 WIB
FOMC dan RDG BI mendatang tidak terlalu berdampak ke pergerakan CDS Indonesia


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan credit default swap (CDS) Indonesia di atas kertas masih bisa berlanjut meski tengah pekan nanti akan berlangsung agenda FOMC Meeting dan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI. Namun, risiko berlanjutnya perang dagang dinilai dapat berakibat negatif bagi CDS Indonesia.

Sekadar informasi, CDS mencerminkan risiko yang harus ditanggung oleh suatu negara ketika menerbitkan surat utang. Semakin turun CDS, maka risiko surat utang Indonesia dianggap juga lebih rendah.

Eric Sutedja, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management menilai, sentimen pertemuan FOMC dan BI relatif kecil pengaruhnya terhadap pergerakan CDS Indonesia.

Kembali lagi, hal ini karena Federal Reserve masih cenderung bersikap dovish atas kebijakan moneter yang dilakukannya sepanjang tahun ini. BI pun kemungkinan besar akan mengikuti langkah yang diambil The Fed

Di samping itu, CDS Indonesia kemungkinan juga tidak terlalu terpapar sentimen masalah Brexit yang kembali memanas pasca kegagalan voting di kalangan parlemen. “Efek Brexit ke fundamental ekonomi Indonesia relatif kecil,” katanya, Jumat (15/3).

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana berpendapat, risiko perubahan CDS Indonesia yang lebih besar justru berasal dari berlarutnya perang dagang antara AS dan China yang berakibat pada potensi perlambatan ekonomi secara global.

Untuk China, potensi tersebut cukup terbuka lantaran sejumlah data ekonominya mengalami pelemahan. Yang terbaru adalah data output industri China yang hanya tumbuh 5,3% di bulan Februari alias lebih rendah dari prediksi konsensus sebesar 5,5%. Angka ini juga merupakan yang terendah sejak 2002 silam.

Hasil data tersebut bisa berdampak negatif bagi persepsi risiko investasi di negara-negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Terlebih lagi, Indonesia dan China memiliki hubungan dagang yang cukup erat.

“Perlambatan ekonomi di China bisa mempengaruhi permintaan ekspor-impor Indonesia, sehingga berakibat negatif bagi posisi neraca dagang,” ungkap Fikri.

Sebagai informasi, dikutip dari Bloomberg, CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di level 85,335 pada Jumat (17/3). Sehari sebelumnya, CDS tenor 5 tahun bertengger di level 83,751 atau level terendah sepanjang tahun ini.

Terhitung sejak 1 Maret lalu, CDS tenor 5 tahun mengalami tren penurunan dan terus berada di bawah level 100, kecuali pada tanggal 8 Maret lalu yang berada di level 103,824.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×