Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah yang stabil terhadap mata uang asing karena ekonomi nasional yang semakin membaik dan kuat.
Kepala Departemen Pengembangan Pendalaman Pasar Keuangan BI, Nanang Hendarsyah memaparkan bahwa perbaikan ekonomi nasional salah satunya dapat dilihat dari penurunan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), tingkat inflasi, dan terjaganya fiskal pemerintah.
"Dibandingkan 2013 lalu, CAD kita pernah hampir 4 %. Sekarang hanya 1,75 %. Selain itu, tingkat inflasi 2013 di atas 7 %, pada tahun ini berada di kisaran antara 3-5 %. Fiskal juga dikelola secara 'prudent'," ujarnya, Kamis (23/3).
Pada 2017, lanjut dia, aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri juga cukup besar terutama ke pasar surat berharga negara (SBN). Selain itu, meningkatnya ekspor Indonesia juga turut menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Kekuatan supply and demand di pasar berjalan secara alamiah, tanpa pengaruh dari sisi regulator. Aliran valas dari yang kelebihan mengalir ke yang membutuhkan. Jadi dana valas mengalir lancar dibandingkan 3-4 tahun lalu," paparnya.
Nanang Hendarsyah juga mengatakan nilai tukar rupiah yang stabil juga disebabkan oleh Bank Indonesia yang selalu berada di pasar, terutama ketika volatilitas kurs bergerak berlebihan yang dapat menimbulkan ketidakpastian dan tidak sesuai dengan level fundamental.
"Dengan Bank Indonesia berada di pasar maka nilai tukar menjadi stabil dalam skala emerging market," katanya.
Tercatat, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat sebesar 29 poin menjadi Rp13.300, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.329 per dollar AS.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah tipis ke posisi Rp13.332 dibandingkan hari sebelumnya (Rabu, 22/3) Rp13.335 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News