Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Antisipasi pelaku pasar terhadap pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen pada Kamis (23/3), menjadi katalis yang membebani pergerakan rupiah. Ini pula yang mengarahkan pelaku pasar pada dugaan masih bisa berlanjutnya pelemahan rupiah setidaknya sampai ada kepastian dari hasil pidato Yellen nantinya.
Di pasar spot, Rabu (21/3) nilai tukar rupiah tergerus 0,08% ke level Rp 13.329 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia, kurs rupiah melorot 0,20% di level Rp 13.335 per dollar AS.
Sri Wahyudi, Research and Analyst PT Garuda Berjangka menjabarkan pasca pernyataan Yellen yang mengecewakan pada FOMC tengah pekan lalu, pasar masih mencari arah proyeksi ekonomi AS ke depannya. Pidato Yellen pada Kamis (23/3) dipandang sebagai momentum untuk menentukan arah pergerakan USD ke depannya.
"Efeknya terjadi sikap wait and see di pasar global yang berimbas pada aksi investor untuk melepas aset berisiko seperti rupiah," tutur Wahyudi.
Maka tidak heran rupiah pun terpapar koreksi. Hanya saja memang rentang koreksinya terhitung sangat sempit. Salah satunya akibat performa USD yang masih juga belum pulih.
Data neraca berjalan AS kuartal empat 2016 yang menunjukkan pengempisan defisit dari sebelumnya US$ 116 miliar menjadi hanya US$ 112 miliar ikut menyudutkan kekuatan USD. "Tapi domestik minim data ekonomi terbaru sehingga memang sulit bagi rupiah untuk mengungguli USD," tambah Wahyudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News