Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Fitch Rating-Singapore/Sidney dalam rilisnya (28/7) mengatakan, tidak akan memangkas peringkat tiga emiten telekomunikasi Indonesia dalam waktu dekat meski tren pelemahan rupiah (IDR) terus terjadi. Ketiga emiten yang dimaksud adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Indosat Tbk (ISAT).
Jika dibandingkan dengan TLKM, maka bisa dibilang emiten inilah yang paling kebal terhadap eksposur pelemahan IDR. Pasalnya, dari total utang TLKM, hanya sekitar 12% atau setara US$ 180 juta yang merupakan utang US$. PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga diganjar rating BBB oleh Fitch. Dasarnya, utang US$ EXCL sebesar US$ 310 juta. Nah, jumlah tersebut hanya sebesar 19% -nya dari total utang. Bahkan, 92% utang tersebut sudah di-hedging.
Lalu, bagaimana dengan ISAT? Perlu diingat, ISAT terkena eksposur pelemahan rupiah yang cukup besar mengingat sebesar US$ 95 juta atau setara 43% dari total utang ISAT ada dalam kurs dollar AS (US$). Dari sejumlah utang US$ tersebut, baru sekitar 25%-nya yang dikenakan hedging.
Fitch juga memprediksi jika margin EBITDA ISAT ke depannya bakal turun 100 bps mengingat sebagian transaksi sewa menara telekomunikasi ISAT dilakukan dalam kurs US$. Free cash flow (FCF) ISAT juga diramal akan menurun karena dari total kebutuhan capex ISAT didanai dengan USD, yaitu sekitar 50%-nya atau setara US$ 400 juta.
Namun, jangan lupakan ada siapa dibalik ISAT. Sebesar 65% saham ISAT sudah dikempit Ooredoo (A+) sejak beberapa tahun yang lalu. Artinya, masalah back up keuangan ISAT sudah cukup kuat mengingat ada Ooredoo di belakang ISAT. Hal ini bisa dilihat dari klausul cross-default pada dokumen pinjaman yang terakhir, yang membuat utang US$ ISAT yang bakal jatuh tempo dalam satu tahun hanya sebesar US$ 70 juta, sementara sisanya baru akan jatuh tempo pada 4,9 tahun mendatang.
Jadi, Fitch menyimpulkan jika emiten telekomunikasi Indonesia secara umum terpengaruh oleh tren pelemahan IDR. Tapi, dengan adanya kombinasi antara hedging, panjangnya jangka waktu utang yang jatuh tempo, dan profil kredit yang kuat itu membuat rating ketiga emiten tersebut dipertahankan di level BBB atau stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News