Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Proses akuisisi PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) oleh FIC Properties Sdn Bhd, yang merupakan anak usaha Federal Land Development Authority (Felda), memasuki babak baru. Pekan lalu, proses pemindahan kepemilikan dari Grup Rajawali ke FIC Properties telah berlangsung.
"Transfernya sudah mulai berjalan sejak Senin (3/4) lalu," ujar sumber Kontan di Felda belum lama ini.
Sekadar mengingatkan, proses akuisisi BWPT oleh FIC ini tergolong alot. Padahal perjanjian akuisisi sudah diteken sejak akhir 2016 lalu. Beberapa masalah memang memperlambat langkah Felda menguasai emiten perkebunan kelapa sawit tersebut.
Pertama, adanya pergantian pucuk pimpinan di Felda. Pada Januari 2017, Tan Sri Abdul Samad didapuk mengisi posisi Chairman Felda menggantikan Tan Sri Mahd Isa Abdul Samad yang pensiun. Tapi Tan Sri Mahd Isa masih menjabat sebagai Chairman Felda Global Ventures Holding Bhd.
Nah, sebagai chairman anyar, Tan Sri Abdul Samad mesti mengkaji ulang rencana akuisisi tersebut. "Semuanya dicek kembali hingga akhirnya beliau yakin dengan rencana akuisisi tersebut," kata sumber tadi.
Kedua, regulasi baru dari Bank Negara Malaysia (BNM). Bank sentral Malaysia ini baru mengeluarkan aturan untuk membatasi outflow dalam bentuk ringgit. Ini dilakukan karena valuasi ringgit yang terus tertekan dalam setahun belakangan.
Proses perizinan pun butuh waktu. Setelah dikabulkan oleh BNM, ternyata Felda tidak dapat langsung melunasi dana akuisisi. Perusahaan harus melakukannya secara bertahap dan membuat pemindahan kepemilikan ini berjalan lambat. "Kami pastikan bulan ini semuanya (pemindahan kepemilikan) tuntas," tegas si sumber.
Seperti diberitakan KONTAN sebelumnya, Grup Rajawali telah sepakat melego 37% saham BWPT ke FIC Properties senilai US$ 505,4 juta. Perjanjian jual beli ini diteken pada 23 Desember 2016.
Asal tahu saja, kinerja BWPT sepanjang 2016 menurun. Tahun lalu, pendapatan perseroan ini terkikis 5% menjadi Rp 2,54 triliun. Alhasil, BWPT kembali membukukan kerugian sebesar Rp 391 miliar. Kerugian di 2016 itu lebih besar ketimbang rugi yang dibukukan di tahun 2015, yang mencapai Rp 181,4 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News