kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Faktor ini yang bikin obligasi Indonesia menarik


Sabtu, 04 November 2017 / 19:54 WIB
Faktor ini yang bikin obligasi Indonesia menarik


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Goldman Sachs memprediksi Indonesia akan masuk dalam Indeks Global Aggregate Bloomberg. Menanggapi kabar tersebut, Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, prediksi tersebut mungkin saja terjadi, karena Indonesia sudah memiliki peringkat investment grade.

Nilai kapitalisasi obligasi Indonesia masih lebih kecil dari Jepang, China, dan Singapura. "Namun, tren kapitalisasi pasar obligasi Indonesia sekarang cenderung meningkat tiap tahunnya, jadi masuk bobot ke Indeks Global Aggregate Bloomberg, saya lihat hal ini wajar terjadi," kata Desmon, Kamis (2/11).

Tentu bukan tanpa alasan global turut memperhitungkan Indonesia untuk masuk ke Indeks Global Aggregate Bloomberg. Desmon mengatakan asing melihat obligasi Indonesia memiliki kesempatan masuk ke Global Bond karena melihat secara makro Indonesia terjadi perbaikan dan Indonesia mendapat peringkat investment grade.

"Volatilitas nilai tukar dalam tiga tahun cenderung turun, dari inflasi dalam dua tahun terakhir bisa maintain di bawah 4%, defisit transaksi berjalan terus membaik," kata Desmon. Variabel tersebut yang menjadi tolok ukur obligasi Indonesia berkemungkinan masuk ke indeks obligasi global.

Selain itu, investor asing makin tertarik karena melihat yield surat utang Indonesia tenor 10 tahun sebesar 6,58% tertinggi ketiga setelah India dan Pakisatan. Sementara dari sisi return, Desmon berpandangan pergerekan return masih dalam area positif karena didukung inflasi Indonesia yang stabil.

Namun, Desmon mengkhawatirkan pelemahan rupiah terhadap dollar bisa membuat return obligasi Indonesia terkoreksi. "Kemungkinan terjadi juga tren melemah karena dampak eksternal, yaitu kebijakan The Fed," kata Desmon.

Meski begitu, Desmon mengatakan tak perlu terlalu khawatir karena pelemahan mata uang juga dirasakan emerging market atau negara-negara berkembang. "Yang pentig bagaimana kita bisa menjaga volatilitas," kata Desmon.

Di akhir tahun Desmon memprediksikan total return obligasi pemerintah bisa mencapai 11%-12% di akhir tahun dan 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×