Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kondisi politik Eropa yang memanas jadi penyebab koreksi yang dialami euro di hadapan the greenback. Mengutip Bloomberg, Kamis (23/2) pukul 16.48 WIB pasangan EUR/USD tergelincir 0,14% ke level 1,0543 dibanding hari sebelumnya.
Vidi Yuliansyah, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan pelemahan euro terjadi akibat tingginya tekanan politik di benua Eropa jelang pemilu yang akan berlangsung di Prancis, Jerman dan Belanda.
Belum lagi di saat yang bersamaan pasar menanti kelanjutan nasib bailout Yunani. Sehingga efek pelemahan pada euro tidak mampu terbendung.
Di saat yang sama data pertumbuhan ekonomi Jerman kuartal empat 2016 stagnan di level 0,4% seperti kuartal empat 2015 lalu. Bahkan iklim konsumen Jerman pun merosot dari 10,2 menjadi 10,0. “Sehingga gambaran ekonomi Eropa yang belum membaik dan masih berkutat dengan perlambatan memojokkan performa euro,” ungkap Vidi.
Jika berbicara soal the greenback. Mata uang Negeri Paman Sam ini sebenarnya juga tergolong dalam ketidakpastian. Meski hasil risalah FOMC menunjukkan peluang The Fed menaikkan suku bunga tiga kali tahun 2017 ini terjaga, namun keragu-raguan The Fed akibat penantian kebijakan Presiden Donald Trump ke depannya jadi penahan penguatan signifikan USD.
“Selama belum ada rilis data ekonomi yang bisa berdampak signifikan dari USD, maka pergerakan EUR/USD akan cenderung melemah terbatas,” duga Vidi.
Malah bukan tidak mungkin EUR/USD mendulang rebound sempit jika data klaim pengangguran mingguan AS benar membengkak dari 239.000 menjadi 242.000 orang seperti dugaan pasar.
Hanya saja Vidi menilai peluang rebound tersebut sangat kecil sebab euro minim dukungan data ekonomi terbaru. “Cenderung mengikuti USD dan tren jangka menengah akibat kondisi politik dan ekonomi di sana tetap membuat euro dibalut tren bearish,” tutur Vidi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News