kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Eropa berpotensi lockdown, ini dampaknya ke emiten dengan pasar ekspor besar


Minggu, 27 September 2020 / 18:11 WIB
Eropa berpotensi lockdown, ini dampaknya ke emiten dengan pasar ekspor besar
ILUSTRASI. Pekerja tengah menyelesaikan produksi masker dan alat pelindung diri (APD) di Pabrik Tekstil PT Pan Brothers Tbk, Banten, Senin (20/4/2020).


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah negara Eropa berencana menutup wilayah atau lockdown lagi. Langkah ini diambil untuk mencegah gelombang kedua penularan Covid-19. 

Asal tahu saja, mengutip dari berita Kontan.co.id sebelumnya beberapa negara di Eropa masuk ke dalam 10 negara terparah Covid-19. Kesepuluh negara itu adalah Amerika Serikat (AS), Brasil, India, Meksiko, Inggris, Italia, Peru, Prancis, Spanyol, dan Iran. Negara-negara tersebut menyumbang 70% total kematian dunia, sehingga mendapat peringatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). 

Kekhawatiran adanya penurunan permintaan disampaikan oleh Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani. Shinta memaparkan bahwa lockdown akan menciptakan risiko negatif bagi perdagangan Indonesia. Padahal beberapa bulan terakhir permintaan telah menunjukkan kembali meningkat.

Direktur Utama PT Sunindo Adipersada Tbk (TOYS) Iwan Tirtha mengatakan, penurunan permintaan memang sempat terjadi di awal-awal pandemi Covid-19 melanda. Sebab, toko di luar negeri tutup sehingga permintaan terhenti dan barang-barang yang akan diekspor tertahan. 

Baca Juga: Pasar Ekspor Mainan Kian Empuk, Target Kinerja Sunindo (TOYS) Ikut Menggemuk

Akan tetapi untuk saat ini, permintaan dari pasar Eropa masih terjaga. Oleh karenanya, emiten produsen mainan anak itu itu tetap mengembangkan produknya dalam berbagai model.

TOYS meyakini, penjualan tidak akan terpengaruh selama ekspor tidak ditutup. Apalagi produk TOYS yang berupa boneka tetap bisa dimainkan atau menemani konsumennya bermain di dalam rumah.  

Asal tahu saja, emiten yang melantai di bursa 6 Agustus 2020 yang lalu itu memiliki porsi penjualan ekspor mencapai 90%. Adapun ekspor ke pasar Eropa mencapai 40% dan AS sebesar 30%. Adapun untuk saat ini TOYS  belum melakukan penyesuaian target penjualan. 

"TOYS masih memproduksi berbagai permintaan ekspor dan masih menjelajahi beberapa customer dari AS yang akan mengalihkan produksinya dari China ke Indonesia," kata Iwan kepada Kontan.co.id, Jumat (25/9). 

Baca Juga: Sunindo Adipersada (TOYS) meningkatkan utilisasi pabrik

Selain TOYS,  emiten lain yang memiliki porsi ekspor cukup besar ke negara-negara Eropa adalah PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Mengutip laporan keuangan semester I 2020, penjualan SRIL ke Eropa berkontribusi hingga 15,99% dari total penjualan ekspor atau setara US$ 51,58 juta. Jumlah tersebut menjadi yang tertinggi setelah ekspor ke Asia yang mencapai US$ 195,72 juta. 

Kendati kontribusi ke Eropa cukup tinggi, untuk saat ini SRIL masih belum bisa memperkirakan dampak rencana lockdown beberapa negara di Eropa terhadap bisnis SRIL. Corporate Communications SRIL Joy Citradewi bilang, pihaknya masih perlu menunggu hingga lockdwon di negara-negara Eropa itu benar-benar diterapkan. "Harus lihat seperti apa lockdown-nya apakah seperti semula," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (25/9). 

Sekadar informasi, hingga enam bulan pertama 2020 kinerja SRIL tercatat kurang memuaskan. Penjualan bersihnya menurun 3,67% secara year on year (yoy) menjadi US$ 609,23 juta dari sebelumnya US$ 632,44 juta. Sementara itu, laba ikut terkikis 7,98% yoy menjadi US$ 49,84 juta dari sebelumnya US$ 54,16 juta. 

Baca Juga: Gencar jual APD dan masker non-medis, sejumlah emiten garmen bidik pasar luar negeri

Tidak jauh berbeda, Vice CEO PT Pan Brothers Tbk (PBRX) Anne Patricia Sutanto memaparkan bahwa penjualan ekspor PBRX masih akan sesuai rencana. Sebab, negara-negara akan cenderung menerapkan semi lockdown bukan lockdown total.

Menurut Anne, memang ada kota-kota yang perlu diperketat pengawasannya. Akan tetapi ada juga kota yang sudah bisa transisi dengan aturan tertentu. "Untuk brand-brand global, sampai dengan akhir Desember 2020 ini order sudah ter-plan sesuai dengan rencana," jelas Anne, Minggu (27/9). 

Asal tahu saja, sejak pandemi Covid-19 melanda PBRX berinovasi memproduksi alat pelindung diri (APD). Mengutip catatan Kontan.co.id, penjualan ini menjadi salah satu penopang penjualan PBRX hingga akhir tahun 2020 yang dibidik meningkat 10% hingga 15%.

Adapun peminat APD PBRX datang dari berbagai negara, di antaranya AS, Kanada, Timur Tengah, Prancis, Italia, dan Spanyol. PBRX juga sudah berkomunikasi dengan Afrika Selatan dan Singapura. "Penjualan APD dan masker tetap sesuai rencananya, karena APD kan memang dibutuhkan untuk medis," tutup Anne. 

Baca Juga: Begini cara Pan Brothers (PBRX) bertahan di tengah pandemi Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×