Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih berpeluang melemah dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya, masih ada sejumlah sentimen negatif yang menghantui pergerakan mata uang garuda.
Analis Global Kapital Investama, Nizar Hilmi mengatakan, ada empat sentimen utama yang menjadi dalang pelemahan rupiah akhir-akhir ini. Keempatnya juga akan berandil besar terhadap posisi rupiah hingga akhir tahun nanti.
Pertama, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS sebanyak dua kali lagi di sisa tahun ini. Dengan asumsi kenaikan sebesar 25 bps pada bulan September dan Desember, suku bunga acuan AS bisa mencapai 2,5%. Ini membuat suku bunga acuan AS menjadi yang tertinggi di antara negara-negara maju lainnya.
Imbasnya, daya tarik AS meningkat dan investor berbondong-bondong melakukan capital outflow dari negara-negara emerging market seperti Indonesia.
Kedua, isu perang dagang juga memainkan peran yang tak kalah besar terhadap pergerakan rupiah. Sentimen tersebut pun menguntungkan posisi dollar AS, karena permintaan mata uang tersebut berpotensi meningkat. Hal ini mengingat para investor cenderung menghindari aset yang berisiko di tengah ketidakpastian perang dagang. “Lagi-lagi ini membuat dana asing keluar,” kata Nizar, kemarin.
Ketiga, posisi neraca dagang Indonesia yang defisit menjadi katalis negatif bagi rupiah. Menurut Nizar, sulit bagi pemerintah untuk mengembalikan posisi neraca dagang kembali surplus di saat kebutuhan impor yang tergolong besar.
Pemerintah juga perlu mengerahkan upaya lebih agar risiko defisit neraca dagang dapat diminimalisir. “Kenaikan suku bunga acuan mungkin bisa menjadi angin segar, tapi itu hanya sementara. Butuh usaha yang lebih baik lagi agar rupiah terjaga,” imbuh Nizar.
Keempat, fakta bahwa Indonesia tengah menghadapi tahun politik dapat mempengaruhi pergerakan rupiah dalam beberapa waktu ke depan. Memang, saat ini pelaksanaan Pilkada serentak belum berpengaruh banyak terhadap rupiah.
Hanya saja, buat sebagian investor, hasil Pilkada tahun ini dipandang akan memberi gambaran soal peta persaingan di Pilpres tahun depan. “Kekhawatiran soal Pilpres mendatang membuat beberapa investor menghindari Indonesia untuk sementara,” paparnya.
Berangkat dari sentimen-sentimen tersebut, Nizar memproyeksikan bahwa rupiah berpeluang berada di kisaran Rp 13.500—Rp 14.700 per dollar AS pada akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News