kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten sektor CPO diuntungkan permintaan yang meningkat


Senin, 20 Januari 2020 / 05:10 WIB
Emiten sektor CPO diuntungkan permintaan yang meningkat


Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis memperkirakan saham di sektor Minyak kelapa sawit atawa Crude Palm Oil (CPO) akan bullish pada tahun ini.

Analis Lotus Andalan Sekuritas Sharlita Malik mengatakan bullish sektor CPO seiring dengan peningkatan permintaan CPO dari China dan India. “Sektor CPO berpeluang menguat seiring peningkatan impor,” jelasnya pada Kontan.co.id Minggu (19/1).

Baca Juga: India dan Malaysia mungkin akan bertemu dalam diplomasi CPO di Davos

Peluang peningkatan impor CPO oleh China muncul pasca tercapainya kesepakatan dagang fase I antara antara Amerika Serikat (AS) dan China. China akan kembali membuka kran impor terhadap komoditas hingga tiga kali lipat dari tahun lalu. Alhasil, Sektor komoditas seperti CPO berpeluang menguat.

Selain itu, Konsumsi CPO di India diperkirakan meningkat tahun ini. Targetnya, impor CPO India akan meningkat hingga 4,1% yoy. Meningkatnya impor CPO India akan menguntungkan emiten CPO Indonesia seiring boikot India terhadap CPO dari Malaysia.

Sebelumnya, India melakukan boikot terhadap produk CPO Malaysia lantaran Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengkritik tindakan kekerasan India di Kahsmir, serta penerapan UU Kewarganegaraan baru yang dinilai diskriminatif ke warga muslim.

Sebagai catatan, Pada tahun 2019, data Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menunjukkan India melakukan pembelian CPO sebanyak 4,4 juta ton dari Malaysia. Dengan adanya boikot tersebut India akan mencari eksportir CPO lain seperti Indonesia.

Baca Juga: Soal pencabutan subsidi elpiji 3 Kg, Luhut: Tidak ada rencana merugikan masyarakat

Dihubungi terpisah, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menambahkan selain karena demand luar negei yang meningkat, program B (Biodiesel) 20% (B20) dan 30% (B30) akan turut mendorong harga CPO. “Indonesia akan masuk ke program B30 sedangkan Malaysia B20 sehingga demand CPO meningkat,” tuturnya.

Program B30 telah berjalan secara efektif pada awal Januari tahun ini. Program biodiesel ini dapat meningkatkan permintaan domestik terhadap CPO. Estimasinya, konsumsi B30 di Indonesia untuk tahun 2020F dapat mencapai 6,5 juta KL atau meningkat lebih dari 4% yoy.

Hans menambahkan dengan implementasi program ini pembatasan terhadap CPO di Uni Eropa tidak akan terlalu berdampak pada permintaan CPO global.

Senada, Analis Panin Sekuritas William Hartanto turut mengatakan program B30 akan menguntungkan bagi emiten CPO lokal seperti AALI, BWPT, dan SIMP. “Prospek ke depannya masih bagus. CPO masih menguat berkat program B30 yang akan membawa dampak pada emiten-emiten terkait,” tandasnya.

Baca Juga: Harga minyak dibayangi sentimen sesaat

Rekomendasi saham AALI, SIMP, BWPT.

Untuk tahun ini, ketiga analis sepakat untuk menjagokan saham AALI yang bergerak di sektor CPO. Sharlita menilai, mulai beroperasinya pabrik CPO perseroan di Kalimantan Selatan dapat meningkatkan produksi CPO AALI hingga 700 ribu ton/tahun.
Sharlita masih merekomendasikan beli saham AALI dengan target harga Rp 15.000 per saham. Untuk laba bersih, AALI berpotensi mencetak pertumbuhan menjadi Rp 1,26 triliun dengan volume penjualan yang tumbuh 11% yoy.

Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) berharap tren naik harga CPO bisa bertahan

• Saham AALI
AALI mencatatkan pendapatan pada Kuartal III/2019 sebesar Rp 12,38 triliun. Jumlah tersebut turun 9,99% secara yoy. Minyak sawit mentah dan turunannya menjadi penyumbang terbesar pendapatan dengan total Rp 11,23 triliun. Dengan mulai beroperasinya pabrik di Kalimantan Selatan pendapatan AALI dapat terdongkrak di tahun ini.
Kinerja 30/09/2018 vs 30/09/2019 (dalam jutaan rupiah)

Pendapatan : 13.761.630 vs 12.386.474
Laba Bersih : 1.123.920 vs 111.183
Rekomendasi : Buy
Target Harga : Rp 15.000
Analis : Sharlita Malik (Lotus Andalan Sekuritas)

Baca Juga: Harga CPO cetak rekor penurunan terburuk dalam sepekan usai India batasi impor

• Saham LSIP
Pendapatan LSIP mencapai Rp 2,58 triliun pada kuartal III/2019. Jumlah tersebut turun kurang lebih 10% secara yoy. Namun LSIP tidak berencana untuk melakukan pencairan hutang dalam beberapa tahun ke depan menjadikan perusahaan dengan fundamental yang baik.
Kinerja 30/09/2018 vs 30/09/2019 (dalam jutaan rupiah)

Pendapatan : 2.873.820 vs 2.586.153
Laba Bersih : 374.695 vs 49.461
Rekomendasi : Buy
Target Harga : Rp 1.410
Analis : Hans Kwee (Anugerah Mega Investama)

• Saham SIMP
Pendapatan SIMP pada kuartal III/2019 mencapai sekitar Rp 10,09 triliun. SIMP masih diuntungkan dengan merek dagang Bimoli yang relatif kuat di pasar dan mampu membukukan marjin lebih tinggi diantara produk kompetitior.
Kinerja 30/09/2018 vs 30/09/2019 (dalam jutaan rupiah)

Pendapatan : 10.261.936 vs 10.094.574
Laba Bersih : 98,719 vs -472,438 (Rugi)
Rekomendasi : Buy
Target Harga : Rp 590
Analis : William Hartanto (Panin Sekuritas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×