kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.290.000   -15.000   -0,65%
  • USD/IDR 16.653   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.164   -20,19   -0,25%
  • KOMPAS100 1.136   -7,73   -0,68%
  • LQ45 832   -5,41   -0,65%
  • ISSI 282   -1,61   -0,57%
  • IDX30 437   -3,69   -0,84%
  • IDXHIDIV20 503   -5,62   -1,10%
  • IDX80 128   -0,88   -0,68%
  • IDXV30 136   -1,98   -1,44%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Emiten Rumah Sakit Catat Kinerja Variatif per September 2025, Cermati Rekomendasinya


Minggu, 02 November 2025 / 14:43 WIB
Emiten Rumah Sakit Catat Kinerja Variatif per September 2025, Cermati Rekomendasinya
ILUSTRASI. Sejumlah emiten rumah sakit menunjukkan kinerja yang variatif hingga September 2025.


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten rumah sakit menunjukkan kinerja yang variatif hingga September 2025.  

PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) misalnya. Emiten ini membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,01 triliun, tumbuh 16,50% secara tahunan (YoY) dari laba setahun sebelumnya Rp 872,88 miliar. Seiring dengan itu, pendapatannya juga meningkat 9,98% YoY dari Rp 3,61 triliun menjadi Rp 3,98 triliun.

Head of Investor Relations MIKA, Aditya Widjaja menjelaskan, pertumbuhan tersebut didorong oleh naiknya volume pasien swasta.

Adanya peningkatan intensitas layanan unggulan seperti minimal invasive cardiac surgery (MICS), onkologi, bedah robotik ortopedi, bedah saraf minimal invasif, dan layanan unggulan lain turut mendukung laju kinerja MIKA di periode tersebut.

Selain itu, MIKA juga gencar membuka rumah sakit baru. Bulan ini, MIKA berencana membuka satu RS Mitra Keluarga berkapasitas 200 tempat tidur di Sidoarjo, Jawa Timur.  

“Selain itu juga kami masih ada dua RS yang masih progres konstruksi untuk dibuka pada 2026 mendatang,” ujar Aditya kepada Kontan, Jumat (31/10/2025).

Baca Juga: Emiten Rumah Sakit Rajin Akuisisi, Simak Prospek dan Rekomendasi Sahamnya

PT Siloam Hospitals International Tbk (SILO) juga mencatat kenaikan laba 19,91% YoY, yakni dari Rp 634,88 miliar menjadi Rp 761,34 miliar.  Pendapatannya ikut terungkit 3,31% YoY menjadi Rp 9,42 triliun, berkat tumbuhnya perolehan pada pos rawat jalan menjadi Rp 4,39 triliun.

Presiden Direktur SILO, David Utama menjelaskan, di periode ini, jumlah tempat tidur operasional SILO juga tumbuh 5,6% YoY menjadi 4.326. Sayangnya, tingkat okupansinya turun 4,8% YoY menjadi 62,8%. Padahal, tingkat setahun sebelumnya mencapai 67,7%.

Hal ini disebabkan oleh berkurangnya total pasien rawat inap sebesar 4,2% YoY menjadi 234.724, seperti yang juga terjadi pada total hari pasien menginap yang berkurang 2,3% YoY ke 742.102.

Baca Juga: Emiten Rumah Sakit dan Farmasi Terdampak Kenaikan Iuran BPJS, Cek Rekomendasi Analis

Di sisi lain, PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) justru mencatatkan penurunan laba bersih yang cukup signifikan. Llaba HEAL anjlok 23,95% YoY dari Rp 468,16 miliar ke Rp 356,01 miliar. Meski begitu, pendapatannya terpantau masih meningkat 5,20% YoY dari Rp 5,02 triliun menjadi Rp 5,28 triliun.

Nah, kinerja PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) justru berkebalikan. SRAJ tercatat merugi Rp 88,46 miliar per September 2025. Meski begitu, pendapatannya tampak masih tumbuh 8,82% menjadi Rp 1,87 triliun dari Rp 1,72 triliun per kuartal III-2024. 

Hal yang sama juga menimpa PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK). Laba bersihnya minus 17,45% YoY menjadi Rp 27,71 miliar, namun pendapatannya meningkat 2,26% YoY ke posisi Rp Rp 342,06 miliar.

Menurut Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis Setyo Wibowo, bervariasinya kinerja rumah sakit hingga September tahun ini disebabkan oleh pengelolaan biaya yang juga berbeda.

Dia melihat, ada peningkatan besar pada COGS (cost of goods sold) alias biaya pokok penjualan dan biaya operasional lainnya pada RSGK dan SRAJ, sehingga kinerja bottom line keduanya menurun.

Sementara itu, musim hujan yang meningkat menurut Azis membuat rumah sakit kebanjiran kunjungan pasien sehingga pendapatan tetap terdongkrak.

Baca Juga: Emiten Rumah Sakit Hadapi Tantangan Jangka Pendek, Begini Rekomendasi Analis

Fundamental Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand mengamati, kinerja emiten rumah sakit juga didorong oleh dua faktor utama, yakni adanya pemulihan volume pasien dan efisiensi biaya struktural. 

Pada MIKA dan HEAL, keduanya dilihat Abida memiliki operating leverage positif. Artinya saat volume pasien naik, pendapatan jadi meningkat lebih cepat daripada biaya.

Sistem manajemen terintegrasi yang digunakan HEAL juga membantu efisiensi administrasi dan operasionalnya, sementara prioritas MIKA pada pasien privat memungkinkan pembayaran lebih cepat dengan tarif yang lebih tinggi.

“Investor cenderung mengapresiasi model bisnis yang mengutamakan keseimbangan finansial dibanding ekspansi agresif tanpa jaminan return jangka pendek. Variasi ini mencerminkan pemisahan yang jelas antara pemain matang dan pemain ekspansi di sektor rumah sakit,” imbuh Abida.

Ke depan, prospek kinerja rumah sakit menurut Abida akan tetap positif dalam jangka menengah hingga panjang. Hal ini akan didukung oleh pertumbuhan populasi, meningkatnya prevalensi penyakit kronis, dan kebutuhan layanan kesehatan premium.

Pemulihan volume pasien dan digitalisasi operasional juga akan menjadi katalis utama peningkatan margin dan efisiensi rumah sakit. Selain itu, rumah sakit baru yang dibangun pada periode 2024–2025 juga akan memasuki fase produktif mulai 2026, menciptakan leverage operasional yang pula positif.

Namun, risiko yang mengancam ialah implementasi KRIS dan solvabilitas BPJS Kesehatan. Sebab, KRIS menurut Abida berpotensi mendorong efisiensi pelayanan dan kenaikan tarif JKN dan menambah tekanan belanja modal bagi emiten dengan modal terbatas. 

“Secara agregat, sektor rumah sakit diproyeksikan tumbuh moderat pada full year (FY) 2025 dengan potensi percepatan pada FY 2026, didukung oleh kenaikan tarif KRIS dan utilitas rumah sakit baru yang mulai optimal,” taksirnya.

Adapun secara valuasi, harga saham MIKA dilihat Azis belum mencerminkan fundamentalnya. Price to earnings ratio (PER) yakni 28,34 kali, dengan rerata harga historis lima tahun berada di 36.91 kali. Dus, dia merekomendasikan buy MIKA dengan target harga Rp 2.800.

Sementara itu, rekomendasi Abida ialah beli saham HEAL dengan target harga Rp 1.950, MIKA Rp 3.200, dan SILO Rp 2.600.

Selanjutnya: BRI Manajemen Investasi Beberkan Tantangan MI Masuk ke Bisnis DPLK

Menarik Dibaca: IHSG Berpeluang Lanjut Menguat, Simak Rekomendasi Saham MNC Sekuritas Senin (3/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU

[X]
×