Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten konsumer non primer (consumer cyclical) berbasis ritel dan komponen otomotif dapat menjadi pilihan di 2025. Tren pemangkasan suku bunga diharapkan menjadi katalis positif penggerak konsumsi masyarakat.
CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo memandang, penurunan suku bunga tentunya membawa angin segar ke sektor-sektor konsumtif yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Bunga pinjaman untuk konsumtif maupun untuk biaya modal dapat diakses lebih murah, sehingga perputaran ekonomi menjadi lebih lancar.
Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke level 5,75% diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia. Di sisi lain, inflasi Indonesia diperkirakan meningkat yang sekarang masih rendah di level 1,57% per Desember 2024.
‘’Peluang bagi emiten konsumen non primer adalah daya beli masyarakat yang tinggi terbukti dari Indeks Keyakinan Konsumen tinggi di level 128 dan juga konsumsi rumah tangga yang tinggi di level 2%,’’ kata Praska saat dhubungi Kontan.co.id, Minggu (19/1).
Baca Juga: Saham Sektor Consumer Cyclical Menarik Dilirik Saat Suku Bunga Rendah
Selain penurunan suku bunga, pemerintah juga sudah mengeluarkan beberapa stimulus untuk mendukung daya beli masyarakat. Dengan demikian, konsumsi masyarakat Indonesia diharapkan akan terus meningkat ke depannya.
Di lain sisi, Praska memandang bahwa terdapat tantangan yang perlu diantisipasi bagi emiten consumer cyclical. Terkhusus emiten yang memiliki eksposur pada aktivitas impor memiliki tantangan karena Rupiah saat ini masih lemah yang berefek pada biaya impor menjadi lebih mahal.
Keadaan global yang masih penuh ketidakpastian seperti isu-isu geopolitik akan menjadi tantangan. Selain itu, kebijakan presiden baru Trump yang akan memicu perang dagang antara China dan AS akan membuat tantangan dalam pasar impor Indonesia misalnya kekhawatiran biaya bea impor seperti komoditas pertambangan nikel.
‘’Tantangan ini akan menekan laba emiten-emiten konsumen non primer,’’ sebut Praska.
Menurut Praska, emiten konsumen non primer berbasis ritel dapat dipantau karena rencana ekspansi-ekspansi toko dari emiten ritel seperti ACES dan ERAA. Di samping itu, Price Earning Ratio (PER) ACES masih murah di level 16.88x dan ERAA di level 5.61x.
Emiten consumer cyclical berbasis komponen otomotif juga cukup menarik untuk dicermati di awal tahun 2025. Selain penurunan suku bunga, momentum lebaran idul fitri dan imlek mendongkrak sektor komponen otomotif dan ritel.
‘’Stimulus pemerintah terkait pajak ditanggung pemerintah untuk pembelian kendaraan listrik dan hybrid juga pastinya berdampak pada pembelian komponen otomotif di masa mendatang,’’ imbuh Praska.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menganalisis, pergerakan indeks consumer cyclical (IDX Cyclical) saat ini sedang bergerak pada fase downtrednya, meskipun dalam perdagangan kemarin (17/1) bergerak menguat, namun tertahan oleh MA20.
Dari sisi indikator lain, dapat diperhatikan Stochastic yang mulai bergerak menguat, meskipun MACD masih flat di area negatifnya. Selama masih mampu bergerak di atas 800 sebagai stoplossnya, maka diperkirakan IDX Cyclicals berpeluang menguat ke rentang 830-848.
Herditya menyarankan Buy on Weakness untuk ACES dan AUTO dengan target harga masing-masing sebesar Rp 780 – 825 per saham dan Rp 2.220 – Rp 2.280 per saham. Selain itu, investor dapat memperhatikan Speculative Buy untuk ERAA dan MAPI dengan target harga masing-masing sebesar Rp 400 – 420 per saham dan Rp 1.405 – Rp 1.455 per saham.
Baca Juga: Cermati Saham-Saham yang Paling Banyak Dijual Investor Asing dalam Sepekan Terakhir
Selanjutnya: Penyaluran Pembiayaan Syariah Adira Finance Capai Rp 7,8 Miliar hingga Desember 2024
Menarik Dibaca: Perbanyak Fitur, Pengguna Super Apps BRImo Tembus 38,61 juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News