Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten di BEI melakukan aksi korporasi berupa penambahan modal, baik melalui skema private placement maupun rights issue. Aksi korporasi ini dilakukan oleh mayoritas emiten untuk mendongkrak struktur permodalan.
Salah satu emiten terbaru yang mengumumkan rencana aksi korporasi berupa penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).
Emiten grup Bakrie ini berencana menerbitkan hingga 2,48 miliar saham baru atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Selain itu, emiten dari grup Astra PT Acset Indonusa Tbk (ACST) juga telah merampungkan aksi private placement dengan menerbitkan hingga 5 miliar saham di harga pelaksanaan sebesar Rp 100 per saham. Dengan begitu, ACST meraih dana segar sebesar Rp 500 miliar.
Baca Juga: WSKT Telah Serap Dana Right Issue Rp 9,44 Triliun Tahun 2021
PALM menyiapkan dua aksi korporasi sekaligus, yakni private placement sebanyak 1,57 miliar saham dan rights issue sebesar 4,71 miliar saham.
Sejumlah emiten lain seperti PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) dan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) juga mengumumkan private placement, masing-masing menerbitkan 3,12 miliar saham baru dan 533,33 juta saham baru.
Selain private placement, sejumlah emiten bersiap melaksanakan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue. Misalnya, PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) merancang aksi right issue 21,3 miliar saham.
Sementara itu, PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM) akan menggelar rights issue dengan melepas 1,25 miliar saham, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) berencana menerbitkan 2,23 miliar saham, dan PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk (TRON) akan menambah modal melalui rights issue sebanyak 383,67 juta saham.
Baca Juga: Tambah Modal untuk Meikarta, Lippo Cikarang (LPCK) Right Issue Rp 1,48 Triliun
Respons Pasar
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer, mengungkapkan respons pasar terhadap deretan aksi penambahan modal tersebut, baik lewat rights issue maupun private placement masih terlihat cukup beragam.
"Kalau tujuannya jelas dan digunakan untuk ekspansi atau restrukturisasi yang sehat, biasanya market akan menyambut secara positif," kata Miftahul kepada Kontan, Rabu (21/5).
Tapi di sisi lain, kalau dilakukan oleh emiten yang secara fundamental masih belum solid, justru bisa bikin tekanan jual dalam jangka pendek.
Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menilai secara umum, respons pasar terhadap aksi korporasi tersebut bersifat selektif. Investor cenderung menilai latar belakang dan tujuan penggunaan dana dari aksi tersebut. Jika dana digunakan untuk ekspansi yang produktif atau restrukturisasi utang, pasar biasanya merespons positif.
"Namun, jika aksi tersebut berpotensi menyebabkan dilusi signifikan tanpa prospek pertumbuhan yang jelas, investor cenderung berhati-hati," ucap Ekky kepada Kontan, Rabu (21/5).
Di samping itu, harga pelaksanaan juga menjadi faktor penting. Jika dilakukan di bawah harga pasar, efek psikologisnya bisa cukup besar dan kemungkinan saham akan turun. Sebaliknya, jika dilakukan di atas harga pasar, dapat memberikan sinyal positif kepada investor.
Saham Pilihan
Miftahul menilai emiten seperti ENRG layak untuk dicermati. Sebab, emiten ini memiliki potensi jangka panjang yang menarik, terutama dengan momentum positif di sektor energi saat ini. Potensi tersebut bisa semakin kuat jika dana dari aksi korporasi digunakan untuk mendukung kegiatan eksplorasi atau meningkatkan efisiensi operasional.
Sementara itu, PALM juga cukup menarik, meskipun kinerjanya belum sepenuhnya stabil. Secara prospek tetap menjanjikan seiring kuatnya sektor agribisnis serta strategi diversifikasi yang dijalankan oleh grup usahanya.
"Untuk jangka pendek volatilitas pasti ada karena aksi ini berdampak pada dilusi saham," terang Miftahul.
Adapun Ekky menjatuhkan pilihan saham ke CMNP, karena rights issue yang dilakukan perusahaan terkait dengan pengembangan proyek jalan tol seperti Harbour Road dan ruas Depok–Antasari. Dengan kebutuhan infrastruktur yang masih besar, CMNP memiliki prospek pendapatan berulang atau recurring income yang kuat dari proyek-proyek tol ini.
Selain CMNP, ENRG juga menarik karena hasil hasil aksi ini akan digunakan untuk mendukung modal kerja dan belanja modal perusahaan maupun entitas anaknya.
ENRG juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 10% sepanjang 2024, didorong oleh peningkatan produksi minyak dan harga jual gas yang lebih tinggi.
"Perseroan juga memiliki valuasi yang menarik dengan rasio P/E dan PBV yang lebih rendah dibandingkan rata-rata industri, serta prospek pertumbuhan yang positif di tahun 2025," jelas Ekky.
Ekky memberikan target harga jangka panjang untuk CMNP dan ENRG berada di kisaran masing-masing Rp 2.600 dan Rp 300 per saham.
Sementara, itu Miftahul menyarankan hold saham ENRG di target harga Rp 232 dan saham PALM cenderung wait and see.
Selanjutnya: Harga Emas Spot ke US$ 3.298,19 Rabu (21/5) Malam, Rekor Tertinggi Sepekan
Menarik Dibaca: Kasus Covid-19 Meningkat di Beberapa Negara Asia, Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News