Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten properti di segmen kelas menengah ke atas mengalami kinerja keuangan yang lesu per kuartal I-2025.
Misalnya, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) melaporkan kinerja yang kurang apik dari segi pendapatan maupun laba bersih. Tercatat, laba bersih BSDE mencapai Rp 320,62 miliar per kuartal I-2025, anjlok 77% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,44 triliun.
Kinerja pendapatan usaha BSDE juga mengalami penurunan mencapai Rp 2,7 triliun di kuartal I-2025, turun 28,44% dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,77 triliun.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Ismail Fakhri Suweleh dan Wilastita Sofi menyoroti capaian laba bersih BSDE baru mewakili 8% dari estimasi laba bersih tahun penuh 2025 menurut BRI Danareksa dan 9% dari konsensus pasar, yang masing-masing berada di kisaran Rp 3,92 triliun dan Rp 3,56 triliun.
Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah Jelang Long Weekend, Cermati Rekomendasi Saham Selasa (27/5)
Penurunan kinerja tersebut disebabkan oleh turunnya pendapatan sebesar 28% YoY, terutama karena anjloknya penjualan lahan, rumah tapak, dan ruko sebesar 35% YoY.
"BSDE menjelaskan penurunan ini dipengaruhi oleh jumlah hari kerja yang lebih sedikit, yang menyebabkan penundaan serah terima proyek, serta proses negosiasi harga jual lahan yang belum rampung," tulis Ismail dalam risetnya, Senin (26/5).
Selain itu, rasio beban operasional terhadap pendapatan meningkat, terutama akibat naiknya beban gaji sebesar 24% YoY dari Rp 288 miliar menjadi Rp 357 miliar, serta kenaikan biaya IT sebesar 36% YoY . Hal ini turut menekan laba bersih BSDE.
Kemudian, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) melaporkan laba yang melorot 59,48% YoY menjadi Rp 49,57 miliar dari sebelumnya Rp 122,37 miliar. Sementara, pendapatan PANI turun 4,43% YoY menjadi Rp 611,97 miliar dari sebelumnya Rp 640,35 miliar.
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) juga melaporkan kinerja pendapatan yang terkoreksi 1,39% YoY menjadi Rp 2,1 triliun dari sebelumnya Rp 2,13 triliun, serta laba yang tergerus 46,02% YoY menjadi Rp 238 miliar dari sebelumnya Rp 441,39 miliar.
Sementara itu, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 1,55 triliun pada kuartal I-2025, tumbuh tipis 1,62% YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,53 triliun. Tapi, laba bersih PWON mencapai Rp 301,59 miliar, turun 8,86% dari sebelumnya Rp 330,91 miliar.
Hanya, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang melaporkan kinerja moncer dengan pendapatan yang naik dan laba yang meningkat.
Penjualan dan pendapatan usaha CTRA tercatat Rp 2,73 triliun per kuartal I 2025, naik 17,94% YoY secara tahunan dari Rp 2,31 triliun di kuartal I 2024. CTRA pun mengantongi laba bersih Rp 660,40 miliar di akhir kuartal I 2025, naik 36,61% YoY dari Rp 483,39 miliar di akhir kuartal I 2024.
Penundaan Belanja dari Konsumen Tekan Kinerja Emiten Properti
Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menyatakan pelemahan kinerja emiten properti mencerminkan adanya indikasi penundaan belanja dari konsumen kelas menengah ke atas, bukan sepenuhnya disebabkan oleh penurunan daya beli.
Baca Juga: IHSG Ditutup Dengan Penurunan 0,36%, Ini Saham LQ45 yang Paling Melemah (26/5)
Kombinasi tingkat suku bunga yang masih tinggi, ketidakpastian isu geopolitik, dan preferensi investor ke instrumen yang lebih aman seperti obligasi dan deposito membuat sektor properti residensial, terutama segmen menengah juga ikut terdampak.
"Selain itu, keputusan pembelian properti biasanya bersifat jangka panjang dan lebih sensitif ke sentimen makro dan stabilitas dibandingkan kebutuhan konsumsi harian," ucap Wafi kepada Kontan, Senin (26/5).
Research Analyst Panin Sekuritas, Aqil Triyadi menilai pelemahan daya beli menekan kinerja sektor properti di seluruh segmen. Untuk saat ini, pihaknya masih mempertahankan pandangan netral terhadap sektor ini.
Dari sejumlah emiten, CTRA menjadi pilihan utama atau top picks, seiring dengan potensi pertumbuhan kinerja keuangan yang diperkirakan mulai terlihat tahun ini.
"Potensi pertumbuhan kinerja laporan keuangan CTRA akan terlihat di tahun ini seiring kinerja marketing sales yang positif dalam 2 tahun terakhir," kata Aqil kepada Kontan, Senin (26/5).
Senada, Wafi mengungkapkan saham CTRA cukup menarik sebagai saham pilihan karena berhasil mencatat kinerja positif. Hal ini tidak lepas dari posisinya yang kuat di segmen menengah ke bawah dan menengah, serta portofolio aset yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Selain itu, Wafi juga menilai PWON menarik, terutama dari sisi valuasi dan kontribusi recurring income seperti pusat perbelanjaan, hotel, dan perkantoran yang mulai mengalami pemulihan, meskipun tekanan pada sisi pre-sales masih membayangi.
Baca Juga: IHSG Melejit 7,87% Sepanjang Mei, Investor Perlu Waspada Koreksi di Bulan Juni
Secara fundamental, Aqil melihat kinerja emiten properti dinilai cukup sejalan dengan pergerakan sahamnya, terlebih dengan valuasi yang masih menarik. Langkah Bank Indonesia memangkas suku bunga baru-baru ini juga menjadi katalis positif tambahan, meskipun tantangan dari sisi daya beli masyarakat masih menjadi perhatian.
Sementara itu, Wafi menjelaskan bahwa pergerakan saham properti saat ini belum sepenuhnya mencerminkan kinerja fundamental perusahaan, karena masih dibayangi oleh tekanan sentimen makroekonomi dan arah suku bunga.
Beberapa emiten seperti BSDE dan SMRA memiliki cadangan lahan yang besar dan prospek jangka panjang yang menjanjikan. Namun, harga saham keduanya cenderung bergerak stagnan karena investor masih bersikap wait and see.
Rekomendasi Saham
Wafi merekomendasikan buy saham CTRA dan PWON di target harga masing-masing Rp 1.400 dan Rp 500. Ia juga menyarankan trading buy saham BSDE dan SMRA pada target harga masing-masing Rp 1.100 dan Rp 670 per saham.
Aqil membeberkan rekomendasi buy saham CTRA, BSDE dan PWON di target harga masing-masing Rp 1.100, Rp 1.000 dan Rp 450 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News