Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Fahressi Fahalmesta menyebut, program pengurangan pasokan ayam dalam bentuk apa pun baru akan berdampak secara efektif minimal dua bulan semenjak program tersebut dilaksanakan.
Baca Juga: Harga anjlok, Kemtan pangkas populasi ayam lagi
Maka dari itu, besar kemungkinan harga ayam broiler dan DOC masih akan mengalami penurunan dalam waktu dekat. Ia pun sudah berekspektasi sejak awal bahwa margin emiten-emiten poultry di tahun ini akan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Fahressi menjelaskan, lemahnya harga ayam broiler dan DOC bukan hanya persoalan suplai yang terbatas saja. Peran distributor yang berada di tengah-tengah produsen dan konsumen juga patut disoroti.
“Ada indikasi distributor punya bargaining power yang cukup kuat untuk menekan harga ayam di level petani,” terang dia, Jumat (22/9).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, emiten-emiten poultry sejatinya masih bisa memaksimalkan segmen pakan ternak untuk mendongkrak kinerja keuangan di sisa tahun ini.
Baca Juga: Kemendag: Persoalan sertifikasi halal jadi hambatan ekspor ke negara-negara OKI
Biasanya segmen ini memiliki kontribusi yang besar terhadap pendapatan perusahaan kendati dari sisi pertumbuhan margin cenderung lebih rendah dibandingkan segmen penjualan ayam, baik broiler atau DOC.
Di tengah iklim industri yang belum menguntungkan di tahun ini, Fahressi menyarankan hold untuk saham-saham poultry seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), dan PT Mailindo Feedmill Tbk (MAIN).
Sementara itu, Mimi mempertahankan posisi netral untuk sektor poultry. Ia masih menjadikan JPFA sebagai pilihan utama dengan rekomendasi beli dengan target Rp 1.800 per saham.
Baca Juga: Harga Ayam Berpotensi Pulih, Saham Poultry Bisa Dilirik Lagi
Menurutnya, selama belum ada katalis positif yang bisa menaikkan harga ayam, maka program pengurangan pasokan masih perlu dilakukan di sisa tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News