Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar emiten di sektor otomotif dan komponen masih mencatatkan performa yang relatif moderat. Ini tercermin dari pendapatan sejumlah emiten yang umumnya hanya tumbuh satu digit, sementara beberapa emiten lainnya justru mengalami penurunan.
Menurut laporan keuangan per September 2025, emiten yang membukukan kenaikan pendapatan satu digit di antaranya PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) dan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA).
Sebaliknya, pendapatan dari emiten raksasa otomotif seperti PT Astra International Tbk (ASII) justru terkoreksi, disusul oleh PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) dan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) yang justru mencatatkan penurunan.
Sepanjang periode Januari hingga September 2025 hanya BOLT yang mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan double digit.
Baca Juga: Emiten Sektor Otomotif Hadapi Tantangan Daya Beli, Simak Rekomendasinya
Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand mengatakan kinerja emiten otomotif dan komponen per kuartal III-2025 cenderung moderat karena tekanan dari sisi makroekonomi dan permintaan domestik yang masih lemah.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penurunan penjualan mobil wholesales sebesar 11,3% year to date hingga September 2025, menandakan bahwa pasar otomotif belum sepenuhnya pulih.
Daya beli masyarakat masih tertahan akibat tingginya suku bunga Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), sehingga pembelian mobil secara kredit menjadi lebih mahal dan menekan permintaan kendaraan baru.
Selain itu, ASII sebagai pemain terbesar di sektor ini juga terdampak oleh anjloknya harga komoditas global, yang menekan kontribusi laba dari segmen non-otomotif seperti alat berat dan pertambangan.
Sementara itu, di sisi komponen, meskipun beberapa emiten seperti AUTO, SMSM, dan DRMA menunjukkan resiliensi, pertumbuhannya tetap terbatas pada kisaran satu digit.
Ini disebabkan oleh kontraksi pasar Original Equipment Manufacturer (OEM) yang membuat permintaan komponen baru menurun. Namun, segmen aftermarket—seperti yang digarap SMSM dan AUTO masih menjadi penyelamat karena permintaan suku cadang pengganti tetap stabil.
"Jadi, walaupun tidak sepenuhnya tertekan, kinerja sektor ini masih tertahan oleh kombinasi lemahnya permintaan akhir, biaya kredit tinggi, dan tekanan margin akibat kenaikan harga bahan baku," kata Abida kepada Kontan, Kamis (6/11/2025).
Baca Juga: Terimbas Lesunya Industri Otomotif, Cermati Rekomendasi Emiten Ban Berikut
Prospek emiten otomotif
Abida menilai prospek emiten otomotif hingga akhir 2025 masih moderat karena pemulihan permintaan belum akan terjadi secara penuh sebelum transmisi penurunan suku bunga KKB benar-benar terasa. Kuartal IV 2025 kemungkinan akan ditopang oleh faktor musiman seperti promo akhir tahun dan pameran otomotif, namun dampaknya terbatas karena efek suku bunga tinggi belum hilang.
Secara umum, sektor ini masih menghadapi risiko daya beli yang lemah, meski potensi rebound ada jika bank mulai menurunkan bunga kredit secara konsisten dan tidak hanya melalui promo.
Memasuki 2026, prospek menjadi lebih positif dengan dua katalis utama yaitu penurunan suku bunga KKB yang lebih luas dan transisi ke kendaraan listrik (EV) melalui kebijakan lokalisasi komponen.
Emiten komponen seperti AUTO dan DRMA diperkirakan menjadi penerima manfaat utama karena mereka paling siap memasok komponen untuk kendaraan listrik lokal.
Dus, investor disarankan untuk fokus pada saham sektor komponen yang memiliki adaptabilitas tinggi terhadap transisi EV, serta mempertahankan posisi di ASII melalui strategi buy on weakness mengingat valuasinya masih undervalued dan memiliki diversifikasi bisnis yang kuat.
Baca Juga: Pelemahan Daya Beli Tekan Kinerja Emiten Otomotif, Simak Rekomendasi Analis
Rekomendasi saham
Abida menyarankan untuk buy on weakness saham ASII di target harga Rp 6.700 per saham. Selain ASII, sejumlah saham lain yang memiliki korelasi tidak langsung dengan industri otomotif juga patut diperhatikan, terutama dari sektor pembiayaan dan komponen.
IMAS misalnya, menawarkan valuasi menarik dengan PBV hanya 0,35 kali, jika menggunakan asumsi target PBV 0,5 kali, maka nilai wajarnya mencapai Rp 1.642.
Sementara itu, SMSM dinilai masih undervalued dengan target P/E forecast 10,63 kali, yang mengimplikasikan fair value sekitar Rp 2.080. Adapun BOLT, berdasarkan pendekatan EV/EBITDA 8 kali, berpotensi mencapai target harga Rp 1.493.
Berikut hasil kinerja keuangan emiten otomotif per kuartal III-2025:
1. PT Astra International Tbk (ASII)
PT Astra International Tbk (ASII) mencatat penurunan kinerja per kuartal III-2025. Pendapatan emiten otomotif ini turun tipis 1,10% secara tahunan (yoy) dari Rp 246,32 triliun menjadi Rp 243,60 triliun per September 2025.
Laba bersih yang diatiribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih ASII hingga September 2025 tercatat Rp 30,11 triliun, turun 5,02% yoy dari Rp 32,41 triliun setahun sebelumnya.
2. PT Astra Otoparts Tbk (AUTO)
Hingga bulan September 2025, AUTO meraup pendapatan Rp 14,80 triliun atau meningkat 4,51% yoy dibandingkan raihan Rp 14,16 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan laba bersih AUTO naik 2,63% (yoy) dari Rp 1,52 triliun menjadi Rp 1,56 triliun.
3. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
Emiten otomotif Grup Salim, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) mencatatkan pertumbuhan kinerja apik sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025.
Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih IMAS naik tajam 216,06% yoy menjadi Rp 257,60 miliar per kuartal III-2025, dari periode yang sama sebelumnya Rp 81,50 miliar.
IMAS meraih pendapatan bersih sebesar Rp 22,72 triliun, naik 4,62% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 21,72 triliun.
4. PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR)
Emiten pembuatan dan distribusi ban, GDYR melaporkan kinerja pendapatan sebesar US$ 120,17 juta per kuartal III-2025, turun 7,6% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 130,18 juta.
Terkoreksinya pendapatan pun menggerus kinerja laba bersih. Tercatat, bottom line perusahaan anjlok 37,48% yoy dari US$ 5,34 juta menjadi US$ 3,34 juta per September 2025.
5. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)
Emiten produsen ban, GJTL membukukan penurunan pendapatan 2,38% yoy dari Rp 13,44 triliun menjadi Rp 13,12 triliun per kuartal III-2025. Turunnya pendapatan ini sejalan dengan kondisi laba bersih yang turun 20,11% menjadi Rp 789,69 miliar per September 2025 dari sebelumnya Rp 988,55 miliar.
6. PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM)
Emiten komponen otomotif, SMSM melaporkan kinerja pendapatan sebesar Rp 3,91 triliun per kuartal III-2025, naik 2,64% yoy dari sebelumnya Rp 3,81 triliun.
Sejalan dengan kinerja top line, laba bersih perusahaan juga meningkat 13,50% yoy menjadi Rp 819,58 miliar hingga September 2025, dari sebelumnya Rp 722,07 miliar.
7. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA)
Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, penjualan DRMA naik 9,20% yoy dari Rp 4,02 triliun menjadi Rp 4,39 triliun. Sementara laba bersih DRMA tumbuh 1,89% yoy dari Rp 412,07 miliar menjadi Rp 419,87 miliar.
8. PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT)
BOLT juga berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja yang solid, bahkan mencapai level dua digit. Penjualan BOLT naik 13,55% yoy dari Rp 1,10 triliun menjadi Rp 1,25 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025.
Sedangkan laba bersih BOLT melonjak 63,09% (yoy) dari Rp 66,07 miliar menjadi Rp 107,75 miliar.
Selanjutnya: Transaksi Qlola by BRI Capai Rp 9.317 Triliun per September 2025
Menarik Dibaca: 5 Fase Kehidupan Ini Sebaiknya Sudah Terlindungi Asuransi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













