Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten konstruksi tengah menyusun strategi untuk menggenjot penerimaan berulang (recurring income). Tiga emiten konstruksi yang dihubungi Kontan.co.id menyatakan tengah fokus mengerek recurring income.
Direktur Keuangan PT PP Tbk (PTPP) Agus Purbianto mengatakan, strategi perusahaan ke depan adalah melakukan divestasi yang perolehannya nanti akan digunakan untuk investasi ke aset yang menghasilkan recurring income.
Baca Juga: Saham ADHI melompat 3,6%, cermati ulang PER dan PBV-nya
Sementara, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menargetkan, dalam empat tahun ke depan, porsi recurring income bisa mencapai 25% dari posisi saat ini sekitar 2,5%. Demikian juga dengan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang menargetkan porsi recurring income bisa meningkat.
Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, tren tersebut wajar terjadi karena perusahaan harus menciptakan kepastian pendapatan yang lebih baik.
"Dengan adanya recurring ada kepastian tahun depan akan tetap ada pendapatan. Kalau konstruksi kan based on proyek, putus cari proyek lain," ujar Alfred saat dihubungi Kontan, Senin (2/12).
Baca Juga: Emiten konstruksi genjot recurring income, berikut rekomendasi analis
Lebih lanjut, Alfred melihat saat ini hampir semua emiten konstruksi bergerak ke arah yang sama yaitu memiliki bisnis properti. Tak dapat dipungkiri sektor properti memang bisa menghasilkan recurring income.
Di sisi lain, perusahaan properti juga melirik bisnis pengelolaan air minum dan sektor energi. Dari sisi pasar, sektor pengelolaan air minum cukup prospektif karena merupakan kebutuhan dasar manusia seiring sulitnya mendapatkan air bersih.
Baca Juga: Tahun depan, belanja modal Waskita Karya (WSKT) naik sekitar 5%-10%
Namun, Alfred menilai bisnis tersebut sulit berkembang karena sudah banyak pemain besar sebelum emiten konstruksi masuk.
Dengan upaya tersebut, Alfred mengatakan penilaiannya terhadap perusahaan tak banyak dilihat dari recurring income. "Karena porsi juga tidak terlalu besar, kami dari valuasi kalau paling murah WIKA," imbuh Alfred.
Selain itu, Alfred menilai WIKA masih menunjukkan kinerja yang solid meski pendapatan sempat tertekan di kuartal III-2019 kemarin.
Baca Juga: Anggarkan capex Rp 10 miliar, TOTL belum memperbesar porsi recurring income
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News