Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten yang bergerak di sektor perhotelan diprediksi bakal menuai berkah pada momentum libur panjang akhir tahun 2025.
Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand memproyeksikan momentum Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 menjadi katalis positif yang sangat kuat bagi emiten hotel di segmen leisure domestik.
Secara historis terlihat okupansi hotel di pusat wisata utama mampu mencapai 99% pada saat perayaan Tahun Baru.
Emiten yang memiliki eksposur tinggi terhadap kawasan rekreasi dan destinasi wisata murni (pure leisure), seperti PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), akan menjadi penerima manfaat langsung dari lonjakan volume kunjungan musiman ini.
Baca Juga: Dana Asing Berpotensi Keluar Hingga Akhir Tahun 2025, Cek Saham Rekomendasi Analis
Meskipun terdapat kekhawatiran umum mengenai pelemahan daya beli, hal tersebut cenderung lebih berdampak pada pasar mass market dan belanja kebutuhan pokok.
Analisis kinerja operasional menunjukkan bahwa segmen konsumen menengah ke atas, yang menjadi target hotel full service dan premium, masih memiliki ketahanan pengeluaran yang kuat.
Ini tercermin dari kenaikan Average Daily Rate (ADR) dan pertumbuhan Revenue per Available Room (RevPAR) yang agresif di segmen menengah ke atas di pasar utama seperti Bali, yang mengindikasikan adanya pricing power yang terjaga.
"Oleh karena itu, emiten hotel premium atau terdiversifikasi yang fokus pada segmen ini relatif lebih defensif terhadap tekanan daya beli umum," kata Abida kepada Kontan, Selasa (18/11/2025).
Abida menyarankan, pilihan investasi terbaik saat ini jatuh pada emiten terdiversifikasi yang memiliki fundamental kuat dan pendapatan berulang yang stabil.
Baca Juga: Kinerja Emiten Konsumer Bakal Terkerek Momentum Idul Adha, Cek Saham Pilihan Analis
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) menjadi pilihan defensif utama, dengan valuasi yang terdiskon (PBV 0,80 kali) dan ditopang target kontribusi pendapatan berulang yang mencapai 55% dari total pendapatan, memberikan bantalan yang kuat terhadap volatilitas.
Selain itu, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) menjadi pilihan growth dengan proyeksi laba bersih setelah pajak (NPAT) yang diperkirakan tumbuh 17% di tahun 2025.
Tapi, bagi investor yang ingin mendapatkan eksposur langsung terhadap momentum libur Natal dan Tahun Baru, PJAA bisa menjadi opsi spekulatif yang menarik. Emiten ini memiliki fokus kuat pada sektor rekreasi domestik dan ditopang oleh struktur permodalan yang solid.
Di sisi lain, untuk segmen operator hotel, PT MNC Tourism Indonesia Tbk (KPIG) menunjukkan performa yang sangat tangguh.
KPIG berhasil membukukan lonjakan laba bersih hingga 99% pada tahun 2024, ditopang oleh portofolio aset premium terutama di bisnis hospitality dan MICE eksklusif yang relatif terlindungi dari tekanan red ocean pricing yang menyeret hotel-hotel mid-tier perkotaan akibat kebijakan penghematan pemerintah.
Baca Juga: IHSG dalam Tren Bearish, Cek Saham Rekomendasi Analis, Kamis (26/6)
Secara terpisah, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata menjelaskan meski daya beli sedang melemah, pengalaman beberapa tahun terakhir menunjukkan masyarakat Indonesia tetap menyisihkan anggaran untuk berlibur terutama saat menghadapi libur panjang di akhir tahun.
Segmen menengah atas serta destinasi utama seperti Bali dan Jakarta umumnya tetap ramai, sehingga tingkat okupansi dan pendapatan hotel cenderung meningkat.
"Tantangannya hanya di margin karena hotel-hotel bakal perang promo, tapi secara operasional momentumnya tetap positif," jelas Liza kepada Kontan, Selasa (18/11).
Untuk pilihan yang lebih aman dan likuid, CTRA, SMRA, dan PWON dinilai sebagai opsi yang paling wajar. Pendapatan ketiganya tidak hanya bertumpu pada hotel, tetapi juga ditopang oleh mal, properti komersial, serta pendapatan berulang yang stabil.
Sementara bagi investor yang ingin mendapatkan eksposur yang lebih langsung terhadap musim liburan, PJAA dapat menjadi pilihan jangka pendek, mengingat lonjakan kunjungan ke taman rekreasi dan resort.
Baca Juga: Emiten Konstruksi Bersikap Konservatif, Cermati Saham Rekomendasi Analis
Namun, perlu dicatat bahwa risikonya lebih tinggi karena likuiditas saham lebih terbatas dan kinerja keuangannya tidak sekuat emiten sejenisnya.
Liza juga mengingatkan agar sentimen libur panjang diperlakukan sebagai katalis musiman, bukan dasar utama dalam mengambil keputusan investasi. Investor sebaiknya tetap fokus pada fundamental mulai dari tingkat okupansi yang konsisten, struktur utang yang sehat, hingga arus kas yang kuat.
Momentum musiman dapat dimanfaatkan untuk trading, tetapi disiplin pada level take profit dan cut loss tetap penting, mengingat kondisi daya beli dan sentimen global yang masih belum sepenuhnya stabil.
Sementara, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila juga menyoroti bahwa risiko tetap membayangi emiten perhotelan, khususnya dari tingkat okupansi yang masih lemah.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Cenderung Sideways, Cermati Saham Rekomendasi Analis, Senin (22/9)
Meski daya beli diperkirakan meningkat, pemulihannya belum sepenuhnya solid. Selain itu, kemampuan emiten dalam mempertahankan pricing power juga perlu dicermati agar margin tetap terjaga.
"Bagi investor, selektif dalam pembelian saham dan menganalisis kinerja keuangan juga secara kuartalan," tambah Indy.
Rekomendasi Saham
Abida juga membagikan rekomendasi saham emiten yang bergerak di sektor perhotelan. Berdasarkan fundamental, valuasi, dan prospek pertumbuhan, rekomendasi utama tertuju pada PWON dan CTRA.
PWON direkomendasikan buy dengan target harga Rp 640 berdasarkan nilai aset bersih (RNAV). Selanjutnya, CTRA disarankan buy dengan target harga Rp 1.600, didukung oleh proyeksi pertumbuhan laba bersih 17% di tahun 2025.
Baca Juga: Performa Indeks Kompas100 Ungguli Kinerja Blue Chip, Cek Saham Rekomendasi Analis
Emiten lain yang menarik adalah PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dengan rekomendasi buy dan target harga Rp 800, berkat kombinasi marketing sales yang kuat dan stabilitas pendapatan berulang.
Untuk PJAA, dapat dipertimbangkan sebagai speculative buy dengan katalis Nataru Effect dan penetapan status Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Ancol.
Adapun Indy menyarankan untuk buy saham CTRA di target harga Rp 1.000.
Selanjutnya: Pemerintah Bangun 80.000 Gedung Kopdes Merah Putih, Anggaran Rp 1,6 Miliar per Unit
Menarik Dibaca: Ramalan Karier Shio Tahun 2026, Promosi dan Kenaikan Gaji Menanti Shio Ini!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













