Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Senada, Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya melihat bahwa lonjakan kasus Covid-19 bisa membuat permintaan produk farmasi meningkat, meski dalam jangka pendek. Di sisi lain, pelemahan rupiah juga antara lain disebabkan oleh kebijakan suku bunga The Fed di AS dan Bank Indonesia (BI).
"Diperkirakan BI akan menyusul langkah The Fed menaikkan suku bunga sehingga rupiah bisa kembali menguat," ujar Cheryl.
Dia memperkirakan, dampak fluktuasi kurs ini tidak akan signifikan bagi emiten farmasi yang bisa mendapat substitusi bahan baku dari negara lain dengan pembayaran mata uang selain dolar AS. Terlebih jika sudah banyak menggunakan bahan baku dari dalam negeri.
Sementara itu, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyoroti bahwa tren melemahnya saham farmasi juga tak lepas dari valuasinya yang terbilang mahal. Kemudian, minat investor berpindah ke sektor komoditas dan consumer good.
Di sisi lain, bahan baku farmasi yang mayoritas masih tergantung pada impor membuat margin laba akan tertekan seiring fluktuasi kurs seperti belakangan ini. Adapun, saham yang menarik untuk dilirik pada sektor farmasi adalah KLBF lantaran produknya yang terdiversifikasi.
Namun secara umum, Wawan menyarankan pelaku pasar untuk wait and see terlebih dulu terhadap saham farmasi.
Baca Juga: Artha Sekuritas Rekomendasikan Hold MIKA dan UNVR, Speculative Buy Saham TOWR
"Koreksi yang terus terjadi bisa dicermati untuk menjadi entry point karena dalam jangka panjang sektor ini terus dibutuhkan oleh masyarakat," sebutnya.
Sedangkan Cheryl memberikan rekomendasi buy untuk saham KLBF dan PEHA dengan target harga bisa dicermati saat mencapai +5%.
Bagi Ivan, saham KLBF dan MERK masih menarik untuk dilirik dengan orientasi jangka pendek. Buy on Weakness (BoW) bisa menjadi pilihan mengingat masih ada potensi koreksi.
Untuk saham KLBF bisa memperhatikan area support pada Rp 1.615 dengan target harga di Rp 1.785. Kemudian area support MERK ada di Rp 3.980 dengan target menutup gap yang terbentuk pada level Rp 4.200.
Sementara Liza menyoroti saham KLBF, KAEF, INAF, dan SIDO. Rekomendasi untuk KLBF adalah hold atau BoW. Lalu speculavite buy untuk saham KAEF dan INAF. Sedangkan untuk SIDO, Liza menyarankan beli bertahap dengan entry point awal di Rp 985 - Rp 975.
Average Up saham SIDO bisa menunggu breakout resistance di Rp 990 - Rp 1.000, dengan target harga di Rp 1.060 - Rp 1.070. Saran Liza, stop loss apabila sudah closing di bawah Rp 970.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News