Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan di bidang industri Energi Baru dan Terbarukan (EBT) berlomba menangkap peluang dari misi transisi energi. Saham emiten dengan bisnis EBT yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun tampaknya akan semakin ramai.
Satu yang telah ada di daftar antrean adalah PT Hero Global Investment Tbk (HGII), yang sedang dalam proses penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO). Masa penawaran awal (book building) HGII telah berlangsung pada 18 Desember - 23 Desember 2024.
HGII menawarkan sebanyak-banyaknya 1,3 miliar saham atau setara 20% dari modal ditempatkan dan disetor. HGII membanderol harga penawaran Rp 200 – Rp 230 per saham, sehingga dari IPO ini berpotensi mengantongi dana segar hingga sebesar Rp 299 miliar.
Baca Juga: Beralih Fokus Ke Bisnis Terbarukan, Cermati Prospek dan Valuasi Alamtri (ADRO)
Direktur Utama Hero Global Investment Robin Sunyoto mengungkapkan dana yang didapat dari IPO tersebut akan digunakan oleh HGII untuk membiayai ekspansi di bisnis pembangkit listrik EBT. Sekitar 66% akan dipakai untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 25 Megawatt (MW).
Kemudian, sekitar 31% untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) berkapasitas 10 MW. Kedua proyek tersebut berlokasi di Sumatra Utara. Sedangkan sisa dana IPO akan dipakai sebagai modal kerja.
Termasuk untuk mendukung kegiatan eksplorasi sampai dengan biaya studi awal (pre-feasibility study) dalam proyek tenaga air, biomassa, biogas dan surya.
"Kami mengambil langkah strategis melakukan IPO agar HGII lebih fokus dalam pengembangan bisnis EBT secara berkelanjutan, dengan target pengelolaan pembangkit EBT hingga 100 MW pada tahun 2031," ungkap Robin dalam keterangan tertulis, pekan lalu.
Emiten yang sudah melantai di BEI pun terus menggenjot ekspansi. Seperti dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), yang gencar menggelar eksplorasi untuk menggali potensi panas bumi di sejumlah wilayah.
PGEO memulai proyek eksplorasi di wilayah Gunung Tiga, Ulubelu - Lampung untuk memastikan potensi cadangan energi sekitar 55 MW. Selain itu, PGEO siap melaksanakan pengeboran di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Seulawah Agam - Aceh, yang akan dimulai pada tahun 2025.
PGEO memiliki pipeline proyek untuk mencapai target kapasitas terpasang 1 Gigawatt (GW) dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Salah satu proyek prioritasnya adalah Lumut Balai - Unit 2 berkapasitas 55 MW, yang ditargetkan beroperasi komersial alias Commercial Operation Date (COD) pada pertengahan 2025.
PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) juga bersiap menggelar ekspansi untuk memetik peluang dari target swasembada energi yang digaungkan pemerintah. Direktur Utama Arkora Hydro Aldo Henry Artoko menyoroti pentingnya kontribusi swasta dalam mencapai program transisi energi.
Baca Juga: BBRI, BMRI, TLKM, BBCA Jadi Top Leaders Saat IHSG Kembali ke Atas 7.000
"Bagian dari energi terbarukan sangat penting karena potensinya ada di dalam negeri. Tanpa peran swasta akan sulit tercapai. Kami optimistis perkembangan energi terbarukan akan sangat didukung," ungkap Aldo dalam paparan publik, pekan lalu.
Direktur Arkora Hydro Boy Gemino Kalauserang menambahkan, pada tahun depan ARKO akan fokus menggarap dua proyek yang sedang berjalan. Secara bertahap, ARKO akan terus menambah kapasitas dengan pembangunan hydro power plant baru.
Saat ini, ARKO telah mengidentifikasi potensi pengembangan sekitar 261,2 MW. Sebaran lokasinya terutama berada di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
"Pipeline ini akan menjadi proyek-proyek yang akan kami garap pada tahun depan dan seterusnya," ungkap Boy.
Selain itu, sejumlah emiten energi pun siap memacu ekspansi untuk menambah kapasitas energi hijau. Antara lain dilakukan oleh PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melalui PT Medco Power Indonesia, yang siap memanen tambahan kapasitas dengan beroperasinya beberapa pembangkit listrik pada 2025.
Bergeser ke Grup Adaro, langkah signifikan dilakukan dengan memisah bisnis batubara termal. Berganti baju menjadi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), emiten milik Garibaldi "Boy" Thohir ini akan memacu ekspansi di bisnis berbasis energi hijau.
Rekomendasi Saham
Pelaku pasar pun kembali melirik emiten EBT, terutama pada saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Emiten milik taipan Prajogo Pangestu ini kembali melaju, dan balik menduduki posisi puncak kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di BEI, yakni senilai Rp 1.254,25 triliun.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer melihat tahun 2024 sebagai fase akselerasi sejumlah emiten untuk menata strategi dan menjalankan ekspansi proyek EBT.
Pada tahun 2025, prospek emiten EBT berpotensi lebih cerah jika dibarengi dengan dukungan regulasi dan insentif dari pemerintah.
Semakin ramainya emiten yang bergelut di bisnis EBT bisa menambah daya tarik pada ekosistem investasi energi hijau, termasuk di pasar saham.
"Menunjukkan minat yang meningkat dari pelaku pasar terhadap sektor ini. Ke depannya kami kira akan semakin banyak perusahaan yang beralih fokus ke EBT atau melakukan IPO di BEI," kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Senin (23/12).
Praktisi Pasar Modal, Hans Kwee punya pandangan serupa. Di samping tuntutan transisi energi secara global, rencana pemerintah untuk mencapai swasembada energi juga menjadi katalis yang bisa mendongkrak prospek emiten EBT.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Untuk Selasa (24/12) Menjelang Libur Natal
Dengan begitu, perusahaan EBT berpotensi mendapat insentif, prioritas pendanaan maupun pembelian listrik oleh PT PLN (Persero). "Ini membuat EBT menarik investor, dan tentu menodorong mereka untuk IPO mendapatkan pendanaan dari publik," ujar Hans.
Sebagai strategi investasi, Hans menyarankan untuk akumulasi beli secara bertahap saham EBT ketika harga terkoreksi. Saran Hans, selektif memilah saham dengan mencermati valuasi, jenis EBT yang dihasilkan, serta kapasitas terpasang yang dimiliki oleh emiten.
Sementara itu, Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki menyoroti emiten yang punya pendapatan stabil dan portofolio proyek yang sudah hampir beroperasi seperti PGEO dan ARKO. Emil juga melirik emiten dengan diversifikasi usaha yang kuat seperti MEDC.
Namun memanfaatkan momentum teknikal saat ini, Emil menjagokan saham BREN dan PGEO dengan target harga masing-masing di level Rp 10.200 dan Rp 1.020.
"Mengingat volatilitas saham EBT, disarankan untuk diversifikasi ke sektor lain untuk memitigasi risiko," ujar Emil.
Sedangkan Miftahul menyodorkan saham BREN, PGEO dan ADRO sebagai pilihan investasi jangka panjang. Sementara untuk trading jangka pendek saat ini, Miftahul menyarankan saham MEDC dan PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN).
Selanjutnya: Kota Podomoro Tenjo Jalin Kolaborasi dengan Tenant-tenant Ternama,Menuju Kota Mandiri
Menarik Dibaca: Toyota Yaris Cross HEV Meraih Penghargaan Most Worthy Car di Uzone Choice Award 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News