kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten E-Commerce Masih Dibayangi Ketidakpastian Suku Bunga


Minggu, 21 Januari 2024 / 18:48 WIB
Emiten E-Commerce Masih Dibayangi Ketidakpastian Suku Bunga
ILUSTRASI. Emiten sektor teknologi e-commerce masih dibayang-bayangi tekanan suku bunga di tahun 2024.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten sektor teknologi e-commerce masih dibayang-bayangi tekanan suku bunga di tahun 2024. Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia diharapkan dapat mengimbangi tekanan tersebut, dengan memberikan lebih banyak ruang berekspansi.

Analis Mirae Asset Sekuritas Christopher Rusli dan Jonghoon Won memandang bahwa emiten sektor teknologi e-commerce memiliki potensi pertumbuhan besar seiring ekonomi digital Indonesia. Dengan jumlah penduduk melebihi 277 juta jiwa, Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam ekonomi digitalnya.

Tingkat penetrasi internet di Indonesia sekitar 89% di perkotaan dan 74% di pedesaan. Meskipun ada tantangan ekonomi baru-baru ini, ekonomi digital Indonesia siap mencapai pertumbuhan signifikan yang didorong oleh meningkatnya tingkat adopsi fintech.

Namun, pertumbuhan layanan on demand dan e-commerce telah melambat karena adanya pergeseran strategis yang dilakukan oleh para pemain utama dari ekspansi agresif ke profitabilitas layanan on-demand, yang menyebabkan berkurangnya insentif dan promosi.

Baca Juga: Persaingan Kian Ketat, Cek Rekomendasi Saham Emiten E-Commerce, BUKA, GOTO, BELI

Perubahan ini menyebabkan konsumen yang sensitif terhadap harga, sehingga mencari alternatif pilihan. Selain itu, ekonomi digital diperkirakan baru akan mendapatkan momentum lebih lanjut setelah krisis pemilu presiden.

Christopher mengatakan, jalur menuju profitabilitas bagi perusahaan platform memerlukan pengorbanan berupa kehilangan beberapa pengguna aktif karena konsumen Indonesia sangat sensitif terhadap harga. Ini terbukti dengan penurunan Gross Transcation Value (GTV) GOTO serta Total Processing Value (TPV) BUKA baru-baru ini.

“Dengan demikian, kita melihat bahwa memang penting bagi perusahaan teknologi untuk tetap bersabar dalam meningkatkan Adjusted EBITDA ke angka positif terlebih dahulu sebelum mencoba meningkatkan nilai transaksi untuk menjaga efisiensi,” ujar Christopher dalam riset 27 November 2023.

Christopher menilai, emiten sektor teknologi sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga. Oleh karena itu, perkiraan tren suku bunga secara akurat sangat penting untuk memprediksi kinerja perusahaan teknologi.

Dia menjelaskan, pasca-pandemi, sektor ini berkembang pesat ketika bank sentral secara global menurunkan suku bunga ke rekor terendah, yang bertujuan untuk mendukung perekonomian yang sedang kesulitan.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten E-Commerce Usai Tiktok Gabung GOTO

Namun, pendekatan ini digabungkan dengan stimulus fiskal yang besar, telah memicu tekanan inflasi. Menanggapi inflasi tertinggi dalam lebih dari satu dekade, banyak hal yang perlu dilakukan bank sentral mulai dari menaikkan suku bunga, sehingga berdampak buruk pada kinerja perusahaan dengan pertumbuhan tinggi.

Sektor teknologi selalu menjadi sektor yang paling sensitif terhadap suku bunga. Mirip dengan perusahaan teknologi di negara-negara besar lainnya, perusahaan teknologi di Indonesia pun demikian yakni sangat dipengaruhi oleh fluktuasi suku bunga.

Situasi saat ini berbeda dengan era easy money dan suku bunga rendah sebelumnya yang telah meningkatkan penilaian aset, terutama untuk teknologi dengan pertumbuhan tinggi perusahaan.

Christopher menyebutkan beberapa alasan dibalik sensitivitas perusahaan teknologi dengan terhadap suku bunga karena perusahaan teknologi, terutama perusahaan dengan pertumbuhan tinggi, sering kali dinilai berdasarkan ekspektasi pendapatan di masa depan yaitu didiskontokan kembali ke nilai sekarang.

Tak hanya itu, biaya modal juga meningkat secara signifikan ketika biaya pinjaman meningkat. Hal ini pada gilirannya seringkali menimbulkan hilangnya risiko selera investor selama tingkat suku bunga tinggi karena mereka sering beralih ke investasi risiko yang lebih rendah seperti pasar uang, yang menyebabkan aksi jual pada saham-saham teknologi yang berisiko lebih tinggi.

Selain itu, Christopher mencermati persaingan yang semakin ketat di antara pemain e-commerce. Dengan populasi yang sangat besar, industri e-commerce di Indonesia sangat besar terutama setelah booming saat pandemi seiring dengan percepatan digitalisasi.

Baca Juga: Serbu Bisnis Paylater, Perbankan Tawarkan Bunga Lebih Murah

Pada tahun 2022, Indonesia menjadi negara e-commerce terbesar kesembilan di dunia. Ukuran dari segmen e-commerce di Indonesia berjumlah sekitar US$59 miliar dan memang merupakan yang terbesar jumlahnya di antara kawasan ASEAN.

Namun, karena Indonesia merupakan pusat industri e-commerce, persaingan menjadi semakin ketat. Akibatnya, e-commerce industri di Indonesia menjadi perang promosi dan insentif, yang mengakibatkan lebih banyak lagi kesulitan bagi para pemain untuk mendapatkan keuntungan, meskipun industri sedang berperang sengit untuk memperebutkan pangsa pasar dengan insentif pelanggan.

Industri e-commerce Indonesia menghadapi persaingan yang ketat baik di antara pemain lokal maupun global. Ada enam pemain besar di Indonesia yaitu Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, TikTok Shop, dan Blibli. Berdasarkan riset Momentum Works, Shopee mendominasi pasar dengan pangsa pasar 36%, disusul Tokopedia (35%), Lazada (10%), Bukalapak (10%), TikTok Shop (5%), dan Blibli (4%) pada tahun 2022.

Kendati demikian, Christopher memperkirakan kinerja GOTO dan BUKA yang lebih baik di kuartal terakhir tahun 2023. Optimisme itu karena musim liburan dapat menjadi pendorong kinerja.

Baca Juga: Aturan TKDN Kendaraan Listrik Mundur, Ini Efek Bagi Emiten Komponen Otomotif

Meskipun terjadi penurunan TPV untuk pasar dan speciality vertikalnya, BUKA diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja pada sektor gaming dan sektor grosir dengan musim liburan yang akan datang. Kondisi tersebut memungkinkan kenaikan TPV pada kuartal IV-2023, sehingga berdampak positif pada Adjusted EBITDA positif pada akhir tahun 2023.

Sama halnya dengan BUKA, GOTO juga diharapkan mendapat manfaat dari momentum musim perayaan, karena periode tersebut biasanya membawa daya tarik yang signifikan bagi platform e-commerce.

Mirae Asset Sekuritas mempertahankan peringkat Netral untuk sektor teknologi. Pertimbangannya mengingat sensitivitas sektor teknologi terhadap suku bunga dan ketidakpastian ekonomi global saat ini.

Terlepas dari tantangan-tantangan ini, prospek sektor teknologi tetap menarik karena didukung oleh potensi pertumbuhan yang besar dari perekonomian digital Indonesia, yang diharapkan dapat mendorong ekspansi sektor ini ketika ketidakpastian perekonomian berkurang.

Christopher mengatakan, GOTO dan BUKA sebagai pilihan utama di sektor saham teknologi. GOTO menerima peringkat hold dengan target harga Rp 94 per saham dan BUKA menerima peringkat trading buy dengan target harga Rp 240 per saham.

Selanjutnya: Persaingan Kian Ketat, Cek Rekomendasi Saham Emiten E-Commerce, BUKA, GOTO, BELI

Menarik Dibaca: 5 Tips Pernikahan Langgeng dan Harmonis Sampai Kakek Nenek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×