kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ekspansi gerai baru Erajaya Swasembada (ERAA) tertahan covid-19


Jumat, 03 April 2020 / 19:25 WIB
Ekspansi gerai baru Erajaya Swasembada (ERAA) tertahan covid-19
ILUSTRASI. Gerai Erafone dari PT Erajaya Swasembada Tbk


Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Erajaya Swasembada Tbk mencermati ulang rencananya untuk menambah gerai tahun ini. Perusahaan dengan kode emiten ERAA itu awalnya berharap bisa menambah 300 gerai baru sepanjang tahun 2020. 

"Dengan kondisi pendemi corona (COVID-19) saat ini, kami harus memantau perkembangan situasi dan menentukan strategi pembukaan toko berdasarkan situasi tersebut," jelas Marketing and Communication Director Erajaya Group Djatmiko Wardoyo ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/4).

Baca Juga: Penjualan turun, laba bersih Erajaya (ERAA) anjlok 177,93% jadi 295,07 miliar di 2019

Sejak tahun lalu, perusahaan yang bergerak di bidang importir, distribusi, dan retailer peralatan telekomunikasi itu memang ekspansif membuka gerai.  Sepanjang 2019 saja, ERAA telah membuka 252 gerai baru.

Jumlah ini lebih banyak 30% dibanding penambahan gerai di tahun 2018 yang sebanyak 194 gerai. Sehingga, secara total ERAA telah memiliki 1.049 gerai yang tersebar di Indonesia.

Dengan keputusan ERAA memantau kembali perkembangan situasi pandemi COVID-19 dan strategi ekspansi gerai, alokasi belanja modal atau capital expenditure yang akan digunakan pun masih belum dapat ditentukan,

Asal tahu saja, meskipun ERAA ekspansif sepanjang tahun, kinerja keuangannya kurang memuaskan. ERAA mengalami penurunan penjualan hingga 5,18% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 32,94 triliun.

Djatmiko menjelaskan, pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat mengakibatkan penurunan di industri retail, salah satunya permintaan pasar smartphone. Asal tahu saja, di tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,02% lebih rendah dibanding tahun 2018 yang sebesar 5,17%

"Hal itu berdampak pada total penjualan ERAA yang menurun di sepanjang tahun 2019, khususnya penjualan smartphone kami," imbuhnya.

Akan tetapi,  lanjutnya, di luar penurunan penjualan smartphone, ERAA melihat adanya peningkatan di luar produk handset seperti produk operator, voucher, IoT, aksesoris, dan lainnya.

Baca Juga: Ditekan sentimen corona, analis: Saham Erajaya (ERAA) masih menarik

Sekadar informasi, segmen telepon seluler dan tablet memang menurun hingga 11,13% sepanjang tahun lalu. Sementara, penjualan produk operator naik 9,89% yoy menjadi Rp 3,89 triliun.

Penjualan komputer dan peralatan elektronik lainnya naik 59,33% yoy menjadi Rp 1,23 triliun. Segmen aksesoris dan lain-lain juga meningkat hingga 37,97% yoy menjadi Rp 2,18 triliun.

Sementara itu, penjualan yang menurun ikut menekan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga 65,28% YoY menjadi Rp 295,07 miliar dari sebelumnya Rp 850,09 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×