kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,95   -0,48   -0.05%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi lesu tekan kinerja PGAS


Sabtu, 02 September 2017 / 10:49 WIB
 Ekonomi lesu tekan kinerja PGAS


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Kelesuan perekonomian global menyebabkan permintaan gas industri menyusut. Kondisi ini berefek negatif bagi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Akibat kondisi itu, distribusi gas PGAS di semester I-2017 tercatat cuma 749 million standard cubic feet per day (mmscfd). Jumlah ini turun 6% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Tahun ini penuh tantangan bagi PGN, terutama akibat dampak masih melambatnya perekonomian global," ujar Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGAS, dalam keterangan resmi yang diterima KONTAN, Kamis (31/8).

Lantaran punya bisnis terintegrasi, emiten pelat merah ini mampu menjaga rata-rata harga jual atau average selling price(ASP) gasnya. ASP PGAS naik 2% year-on-year (yoy) ke US$ 8,59 per million metric british thermal unit (mmbtu) dari sebelumnya US$ 8,42 per mmbtu.

Meski tak signifikan, kenaikan itu membuat pendapatan PGAS tidak turun tajam. Semester I-2017, pendapatan PGAS turun 4% secara tahunan menjadi US$ 1,41 miliar.

Di saat yang sama, PGAS juga tertekan kebijakan pemerintah. Atas alasan mengerek pertumbuhan dan daya saing nasional, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 44/2017 tentang Penetapan Harga Gas Bumi. Beleid ini meminta industri menurunkan harga gas dengan patokan US$ 6 per mmbtu. Namun penurunan harga gas itu tidak diikuti kenaikan tarif pengangkutan gas bumi atau toll fee.

Sejumlah pembangunan infrastruktur yang diharapkan mampu mendongkrak kinerja PGAS juga belum sepenuhnya membuahkan hasil. Akibatnya, PGAS harus menanggung kenaikan beban pokok sebesar 4% (yoy) menjadi US$ 1,03 miliar.

Beban distribusi dan transmisi juga naik 13% (yoy) menjadi US$ 101,73 juta. Lalu beban keuangan PGAS di paruh pertama tahun ini juga meningkat jadi US$ 77,14 juta, naik sekitar 19% dibanding tahun sebelumnya.

Proyek PGAS

Karena tekanan itu, bottom line PGAS akhirnya tergerus. Laba bersih PGAS tercatat US$ 50,29 juta, merosot 67% dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 152,45 juta.

Di semester I-2017, infrastruktur pipa PGAS bertambah lebih dari 59 kilometer (km). Sehingga, saat ini panjang pipa gas perusahaan lebih dari 7.337 km, setara 80% pipa gas bumi hilir nasional.

PGAS tengah menggarap proyek infrastruktur antara lain Distribusi Dumai, Transmisi Duri-Dumai, pengembangan jaringan Gresik-Lamongan-Tuban, pengembangan jaringan di Pasuruan, pengembangan jaringan Senayan City-Pondok Indah Mall, kawasan industri di Bekasi dan Tangerang.

Reza Priyambada, analis Binaartha Parama Sekuritas, menilai, posisi PGAS memang dilematis. Di satu sisi PGAS dituntut menghasilkan kinerja baik. Tapi hal ini bisa diraih dengan meningkatkan harga jual produk.

Tapi di sisi lain, PGAS diminta menurunkan harga jual karena dianggap kemahalan. Padahal, PGAS harus menghadapi peningkatan biaya produksi dan pemeliharaan barang. "Dengan kata lain, tentu margin yang diterima mengecil," ujar Reza.

Harga wajar saham PGAS di level Rp 3.000 per saham. "Tapi, karena ada sentimen dilematis itu tadi, maka sementara hindari dulu untuk mengantisipasi pelemahan lebih lanjut," imbuh Reza, yang menyarankan trading sell saham PGAS dengan supportRp 2.050-Rp 2.100 dan resistance Rp 2.200-Rp 2.280 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×