kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45905,16   6,41   0.71%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Blok Kepodang PGAS dalam kondisi kahar


Kamis, 10 Agustus 2017 / 07:40 WIB
Blok Kepodang PGAS dalam kondisi kahar


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mengakui salah satu lapangan gasnya, Blok Kepodang, berada dalam kondisi kahar atau force majeure. Cadangan gas Blok Kepodang lebih sedikit dari perkiraan. Alhasil, operasional produksi lapangan gas tersebut terpaksa dihentikan lebih cepat, yakni pada tahun 2018 mendatang.

Padahal, dalam plan of development (PoD), Blok Kepodang rencananya akan memproduksi dan memasok gas ke PLTGU Tambak Lorok lewat pipa Kalija I hingga tahun 2026 mendatang. "Tapi, keadaan force majeure bukan berarti operasionalnya benar-benar berhenti," ujar Nusantara Suyono, Direktur Keuangan PGAS, Rabu (9/8).

Ia mengklaim, penghentian operasional Blok Kepodang yang lebih cepat ini, tidak berdampak signifikan terhadap keuangan PGAS. Pasalnya, PGAS hanya memiliki 20% hak partisipasi Blok Kepodang. Hak partisipasi tersebut dimiliki PGAS melalui Saka Energi Muriah Ltd, anak usaha PT Saka Energi. Sementara itu, 80% hak partisipasi lainnya dikuasai oleh Petronas Carigali Muriah Ltd.

Nusantara masih enggan membeberkan potensi nilai kerugian atas force majeure Blok Kepodang. Pasalnya, ketika kondisi kahar ini diumumkan, penurunan produksi Blok Kepodang belum terlihat secara rinci. Sehingga, potensi kerugiannya belum dapat dihitung. "Kami juga tengah menunggu hasil audit tim independen," imbuh dia.

Investasi untuk Blok Kepodang tak murah. Hal ini terlihat dari investasi Petronas di blok ini yang sudah mencapai US$ 650 juta sepanjang periode Januari hingga April 2017.

Meski demikian, PGAS tetap fokus ekspansi di bisnisnya yang lain. Tahun ini, PGAS menyiapkan belanja modal (capex) US$ 500 juta. Hingga semester I-2017, PGAS baru menyerap 26% belanja modal atau setara US$ 130 juta.

Nusantara menjelaskan, capex PGAS terbagi dua. Sebesar 50% untuk keperluan bisnis hulu (upstream) yang digarap Saka Energi, sementara sisa 50% lainnya untuk bisnis hilir (downstream) yang digarap PGAS sendiri.

Di bisnis upstream, penyerapan capex PGAS sudah mencapai US$ 100 juta. Tapi di bisnis hilir serapan capex masih lambat karena belum banyak pengerjaan Engineering, Procurement, and Construction (EPC) seperti pembangunan jaringan pipa gas.

Saham PGAS menguat 1,14% menjadi Rp 2.160, pada perdagangan kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×