kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi global loyo, dana kelolaan reksadana saham denominasi dollar AS menyusut


Senin, 21 Oktober 2019 / 21:19 WIB
Ekonomi global loyo, dana kelolaan reksadana saham denominasi dollar AS menyusut
ILUSTRASI. Perlambatan ekonomi global membuat dana kelolaan serta unit penyertaan di reksadana saham denominasi dollar AS turun.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan ekonomi global membuat dana kelolaan serta unit penyertaan di reksadana saham denominasi dollar AS turun.

Berdasarkan data Infovesta Utama, asset under management (AUM) atawa dana kelolaan reksadana saham denominasi dollar AS menyusut US$41,47 juta atau turun 5,50% secara bulan menjadi US$ 712 juta di September 2019. Di periode yang sama, unit penyertaan (UP) juga turun 6,53% secara bulanan.

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, perlambatan ekonomi global jadi faktor utama yang membuat AUM dan UP reksadana jenis ini turun.

Baca Juga: Selamat, Indonesia menempati peringkat pertama pasar keuangan syariah global

Sekedar informasi, World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan melambat hingga akhir tahun 2019 dengan potensi pemulihan secara agregat di 2020.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) juga diproyeksikan menurun di tahun ini. Begitu pun, pada negara-negara developing east Asia Pasifik serta China.

"Kekhawatiran pada prospek ekonomi global yang tumbuh melambat bahkan potensi resesi menyebabkan investor cenderung amankan investasi dengan merealisasikan keuntungan dulu. Jadi tak heran bila UP menurun," kata Edbert, Senin (21/10). Padahal, kinerja indeks Dow Jones Islamic Market US yang menjadi indeks acuan reksadana saham syariah efek global masih tumbuh 0,26% secara bulanan.

Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo menambahkan perubahan ekonomi global sangat berpengaruh bagi reksadana saham syariah global. Apalagi, bila aset ditempatkan pada saham di negara yang mengalami perang dagang langsung seperti China serta India yang terkena imbas perang dagang AS dan China.

Baca Juga: Millenial wajib tahu! Begini cara jual dan beli reksadana lewat aplikasi Bareksa

"Sementara, pasar AS masih positif karena kebijakan Presiden AS Donald Trump yang memotong pajak dan share buy back oleh perusahaan," kata Soni.  

Edbert juga menyebut memang kini tensi perang dagang AS dan China mereda karena menunda kenaikan tarif atas impor China. Namun, kesepakatan tersebut sifatnya penundaan yang artinya isu terkait perang dagang masih belum tuntas dan masih ahrus menunggu keputusan final. Kekhawatiran pelaku pasar pun belum hilang.

Sentimen negatif lain yang melanda adalah pelemahan rupiah terhadap dollar. Rupiah melemah di atas Rp 14.000 per September. Kondisi tersebut membuat penurunan dana kelolaan juga terjadi pada reksadana saham denominasi dollar AS yang aset dasarnya diinvestasikan di Indonesia.

Baca Juga: Tahun Ini, Kinerja Reksadana Campuran Bisa Tumbuh 8%

Jika perang dagang berakhir dan pertumbuhan ekonomi global membaik maka reksadana saham syariah global bisa balik berkinerja unggul.

Soni menyarankan reksadana saham denominasi dollar AS tetap menarik dan cocok dimiliki investor yang memiliki dan membutuhkan dollar AS, siap berinvestasi minimal satu tahun dan tidak khawatir akan volatilitas.

Senada, Edbert mengatakan reksadana jenis ini bisa tetap dipilih untuk diversifikasi portofolio investasi dengan tetap memperhatikan profil risiko masing-masing investor.

Baca Juga: IHSG Menyeret Turun Dana Kelolaan Reksadana Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×