kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi AS Kuat, Pasar Obligasi Bereaksi Negatif


Kamis, 25 Januari 2024 / 10:56 WIB
Ekonomi AS Kuat, Pasar Obligasi Bereaksi Negatif
ILUSTRASI. Pasar obligasi bereaksi negatif terhadap penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS) di bulan Januari 2024.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi bereaksi negatif terhadap penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS) di bulan Januari 2024. Perbaikan kondisi ekonomi ini tercermin dari naiknya PMI manufaktur dan jasa masing-masing menjadi 50,3 dan 52,9, dari bulan Desember 2023 yang masing-masing di 47,9 dan 51,4. 

Fixed Income & Macro Strategist PT Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi melihat, pasar khawatir penguatan PMI tersebut akan mendorong The Fed untuk menunda pemangkasan suku bunga menjadi kuartal II-2024, yakni Mei atau Juni dari sebelumnya di Maret 2024. Saat ini, probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed di bulan Maret turun menjadi 40%, dari sebelumnya 60%.

Akibatnya, yield US Treasury (UST) tenor 10 tahun naik sebesar 5 bps menjadi 4,18%. Namun, reaksi pasar saham cenderung mixed yang terlihat dari penurunan indeks Dow Jones sebesar 0,3%, indeks S&P 500 naik 0,1%, dan Nasdaq terkerek 0,4%.

Baca Juga: Sentimen Negatif Gelantungi Pasar Modal, Ini Saran dari Analis untuk Investor

Sementara itu, rilis data PMI di Eurozone menunjukkan resesi masih berlangsung di bulan Januari 2024 dengan PMI manufaktur 46,6 dan jasa 48,4. Sebagai perbandingan, PMI manufaktur bulan Desember 2023 berada di 44,4 dan jasa 48,8.

"Pasar bereaksi lebih positif terhadap hal ini dengan penurunan yield Bund tenor 10 tahun sebesar 1 bps menjadi 2,34%," kata Lionel dalam risetnya, Kamis (25/1). 

Menurut Lionel, kondisi ini berpotensi memicu sentimen bearish di pasar SBN. Potensi kenaikan yield INDOGB dan INDON tenor 10 tahun menuju rentang masing-masing 6,65%-6,75% dan 5,05%-5,15%. 

Lionel memperkirakan tekanan jual atas instrumen INDON lebih kuat dari INDOGB. 

Baca Juga: Kendati Likuiditas Mulai Ketat, Bank Belum Berniat Terbitkan Obligasi

"Pasalnya, yield spread INDON tenor 10 tahun dibanding UST turun 5 bps menjadi 77 bps, sedangkan yield spread INDOGB tenor 10 tahun dibanding UST sebesar 245 bps," ucap Lionel. 

Sejalan dengan itu, rupiah berpotensi mengalami konsolidasi pada rentang Rp 15.650-Rp 15.750 per dolar AS. Pergerakan sideways ini seiring dengan pelemahan indeks dolar sebesar 0,4% tadi malam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×