Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Turunnya laju inflasi inti CPI bulanan Amerika Serikat pada Oktober 2023 menyebabkan terjadinya euphoria di pasar obligasi global. Hal ini tercermin dari penurunan yield US Treasury tenor 10 tahun sebesar 19 bps menjadi 4,45%.
Selain itu, yield Bund juga turun 11 bps menjadi 2,6%. Sebagai pengingat, laju inflasi inti CPI Amerika Serikat bulan Oktober 2023 tercatat sebesar 0,2% mom, turun dari 0,3% pada September 2023.
Sejalan dengan itu, indeks obligasi EMBI untuk pasar negara berkembang naik 1,1%. Akan tetapi, indeks S&P untuk pasar negara maju tidak berubah.
Baca Juga: Penawaran Capai Rp 33,7 Triliun, Pemerintah Serap Rp 19 Triliun pada Lelang SUN
"Hal ini akan berdampak positif terhadap pasar SBN yang tengah mengalami situasi flat yield curve dengan kecenderungan inverted," kata Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi dalam risetnya, Rabu (15/11).
Akibat bullish rally di level global, Lionel memprediksi, yield obligasi pemerintah (INDOGB) tenor 10 tahun akan turun ke level 6,75%-6,85% pada Rabu (15/11). Pada hari sebelumnya, yield INDOGB tenor 10 tahun naik 10 bps menjadi 6,95%, sesuai dengan rentang target 6,9%-7,1%.
Namun, perlu diingat bahwa potensi penurunan yield INDOGB tenor 10 tahun dibatasi oleh batas bawah suku bunga JIBOR 1M di posisi 6,66%. Pada level global, The Fed juga masih memiliki kepentingan untuk menahan yield US Treasury tenor 30 tahun tidak terlalu jauh dari level 5% untuk memastikan pengetatan moneter melalui jalur sektor perbankan terus berlanjut.
Lionel memprediksi, rupiah akan terapresiasi pada Rabu (15/11) ke rentang Rp 15.400-Rp 15.500 per dolar AS. Pasalnya, indeks dolar melemah 1,5% menjadi 104,1 tadi malam (14/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News