Reporter: Wuwun Nafsiah, Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Pergerakan harga saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terus merangsek turun. Secara year to date (ytd), harga saham ADRO telah merosot 14,22% ke level Rp 935 per saham, Kamis (13/2). Bahkan secara year on year (yoy), harga ADRO anjlok 41,56%.
Para analis menilai, penurunan harga saham ADRO ini sejalan dengan penurunan harga batubara yang terjadi sejak 2012. Harga batubara Newcastle di Bursa ICE untuk pengiriman Maret 2014, menurun 10,65% ytd ke level US$ 76,8 per ton, Rabu (12/2). Dalam periode setahun terakhir, harga batubara anjlok lebih dalam yakni 20,29%.
Meski demikian, manajeman ADRO sejatinya telah mencoba untuk menekan penurunan kinerja dengan menambah jumlah produksi dan penjualan. Berdasarkan laporan kuartal IV 2013 yang dirilis, Selasa (4/2), ADRO menjual 14,36 juta ton pada kuartal IV-2013. Jumlah ini meningkat 1,8% dibanding kuartal sebelumnya. Dengan demikian, total penjualan batubara ADRO mencapai 53,57 juta ton di tahun lalu, atau meningkat 10% yoy.
Sepanjang tahun 2013, produksi batubara ADRO juga naik 11% menjadi 52,27 ton. Adaro pun berhasil menghemat dengan menurunkan nisbah kupas di 2013. Nisbah kupas tahun lalu tercatat mencapai 5,64 kali atau lebih rendah dibandingkan target awal, yakni 5,75 kali.
Analis Danareksa Sekuritas, Gabriella Maureen Natasha dalam risetnya, 2 Desember 2013 menyatakan, prospek emiten batubara secara umum tidak akan banyak berubah dari tahun lalu. Dia memproyeksikan, pasokan batubara masih akan berlebih, sehingga harga batubara tak akan berubah dari tahun lalu. Ia menyebutkan, harga batubara masih membutuhkan banyak waktu untuk bisa mencapai harga seperti tahun 2011.
Sejatinya, menurut Gabriella, permintaan batubara dari luar negeri sudah terlihat meningkat sejak September 2013. Pembeli batubara terbesar di dunia, yakni India meningkatkan permintaan hingga 44% , disusul permintaan dari China yang meningkat 16%.
Gabriella memprediksikan, harga jual batubara paling tidak akan berada di level US$ 85-US$ 90 per ton di tahun 2014-2015. Sedangkan, dalam jangka panjang, harga batubara berpotensi di level US$ 95 per ton. Harga tersebut jauh lebih tinggi dari proyeksi harga jual rata-rata di tahun lalu, yakni US$ 60-US$ 63 per ton.
Hanya saja, produksi batubara ADRO akan cenderung stagnan di tahun ini. "Mungkin ada tambahan dari konsensi baru dari tambang Balangan sekitar 500.000 ton batubara," ujar Gabriella.
Menurut analis Sucorinvest Central Gani, Andy Wibowo Gunawan, harga jual rata-rata batubara ADRO hanya sekitar US$ 66,5 per ton dan US$ 67,5 per ton pada tahun 2014 dan 2015. Dia juga memproyeksikan, penjualan ADRO akan meningkat menjadi 71,3 juta ton di 2014, atau naik 33,09% dari penjualan ADRO di tahun lalu. Tahun depan, volume penjualan ADRO bakal akan meningkat lagi menjadi 80,2 juta ton.
Kinerja akan tumbuh
Tak hanya mendongkrak penjualan, menurut analis Panin Sekuritas, Fajar Indra, ADRO juga tetap berhemat dengan mempertahankan nisbah kupas di 5,78 kali. Maka itu, ADRO mampu memotong belanja modal di tahun ini.
Pada tahun lalu, anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) ADRO US$ 150 juta-US$ 200 juta. Anggaran capex tersebut jauh lebih rendah dari tahun 2012 yang sebesar US$ 500 juta. Di tahun ini, anggaran capex ADRO pun tak jauh beda dari tahun lalui yakni sebanyak US$ 200 juta-US$ 250 juta.
Nilai belanja modal Adaro lebih kecil lantaran telah mengoperasikan beberapa proyek baru. Seperti, overburden out of pit crushing and conveying system (OPCC). ADRO juga sudah mengoperasikan pembangkit listrik mulut tambang berkapasitas 2x300 megawatt (MW) pada tahun lalu.
Karena itu, manajemen ADRO cenderung memilih fokus pada efisiensi operasional dan mempertahankan jumlah pasokan. Tak hanya itu, Adaro juga tengah menegosiasikan kembali tarif kontrak penambangan untuk mendapatkan tarif lebih kompetitif. Itu semua dilakukan agar target EBITDA ADRO sebanyak US$ 750 juta hingga US$ 1 miliar bisa tercapai di tahun ini.
Fajar memperkirakan, laba bersih ADRO tahun ini berpotensi meningkat tipis sebesar 3% menjadi US$ 274 juta. Tahun lalu, laba bersih ADRO diprediksi merosot 30% menjadi US$ 254 juta.
Andy juga yakin, pendapatan ADRO tahun ini akan mencapai US$ 5,12 miliar. Sementara, laba bersih bisa mencapai US$ 617 juta.
Gabriella merekomendasikan hold saham ADRO dengan target Rp 1.220. Fajar juga merekomendasikan hold saham ADRO dengan target harga Rp 1.000. Tapi, Andy menyarankan buy saham ADRO dengan target harga Rp 1.180. Kemarin, harga ADRO turun 0,53% ke Rp 935.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News