Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Halving Bitcoin (BTC) diyakini bakal meningkatkan harga berkali- kali lipat dalam waktu 2-3 bulan ke depan. Harga aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu diperkirakan bisa mencapai US$ 85.000 – US$ 100.000 per koin di tahun 2024.
Seperti diketahui, halving Bitcoin sudah tuntas dilakukan pada Sabtu, 20 April 2024 lalu. Bitcoin sudah melewati 4 kali siklus halving, sejak pertama kali dilakukan pada 2012 silam.
Halving adalah peristiwa ketika imbal hasil untuk menambang transaksi Bitcoin dipotong setengahnya atau 50%. Dengan adanya pengurangan pasokan Bitcoin di pasar, sehingga menciptakan efek kelangkaan dan diyakini bakal meningkatkan nilai dari waktu ke waktu.
Chief Executive Officer Triv Gabriel Rey mengatakan, efek halving akan terasa dalam waktu 3-4 bulan ke depan. Harga tentunya tidak langsung berubah karena biasanya stok lama akan dijual terlebih dahulu oleh miner atau para penambang Bitcoin, sebelum nantinya menjual Bitcoin dengan Cost of Minting yang baru.
Baca Juga: Pasca Halving, Harga Bitcoin Kembali Naik ke Level US$ 66.070
Gabriel menjelaskan, perlu diketahui bahwa halving akan meningkatkan biaya mining Bitcoin. Saat ini, kalau diperhitungkan satu BTC dengan biaya listrik yang ada secara rata-rata membutuhkan US$ 63.000 untuk biaya produksi saja.
“Sehingga ketika nanti adanya penjualan stok Bitcoin dengan biaya operasional lebih tinggi, barulah nanti adanya supply shock atau kenaikan harga,” ungkap Gabriel kepada Kontan.co.id, Senin (22/4).
Menurut Gabriel, target optimistis untuk harga tertinggi Bitcoin tahun ini mungkin bisa mencapai US$85.000. Proyeksi itu karena melihat adanya sentimen Bitcoin halving, persetujuan ETF Bitcoin dan juga ETF Ethereum, serta pulihnya permintaan dari Graysacle Bitcoin Trust (GBTC).
Seperti diketahui, GBTC mencatat arus keluar cukup deras karena biaya pengelolaan (management fee) mereka cukup tinggi. Biaya dana GBTC sebesar 1,5% merupakan yang tertinggi di antara 10 ETF Bitcoin spot yang memasuki pasar pada 11 Januari 2024 lalu.
Namun Grayscale akan merilis Bitcoin Mini Trust yang merupakan versi lebih ringan dari GBTC dengan biaya paling rendah di sektor BItcoin ETF Spot sebesar 0,15%. Dengan demikian, kehadiran BItcoin Mini Trust di market akan membatasi terjadinya outflow pada GBTC dan mengecilkan adanya tekanan jual dalam waktu dekat ini.
Di samping itu, lanjut Gabriel, patut dinantikan adanya Ethereum ETF Spot yang kemungkinan besar disetujui pada 23 Mei 2024 mendatang. Kehadiran ETF Ethereum Spot ini diyakini bakal mengundang lebih banyak lagi dana investasi ke pasar kripto layaknya ETF Bitcoin.
Kendati demikian, perlu diperhatikan potensi Black Swan Event dari berlanjutnya konflik Israel dan Iran di Timur Tengah. Apabila konflik ini berkepanjangan hingga memicu perang dunia ketiga, maka otomatis aset saham dan kripto akan terkena imbasnya lebih dulu.
“Jadi banyak sekali sentimen positif aset kripto tahun ini di antaranya halving, ETF Bitcoin dan Ethereum. Namun satu hal yang patut diwaspadai adalah eskalasi perang dunia ketiga,” imbuh Gabriel.
Baca Juga: Harga Bitcoin (BTC) Bakal Terus Naik Usai Halving?
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mencermati bahwa halving tidak serta merta akan langsung mengubah harga BTC, namun setidaknya efek halving terhadap harga membutuhkan waktu 1-2 bulan. Adapun satu hal yang bisa meningkatkan harga Bitcoin pasca-halving adalah tren arus masuk dana ETF Bictoin yang mencerminkan sentimen investor terhadap Bitcoin halving.
Fyqieh memaparkan, pasar ETF BTC-spot mengakhiri lima sesi arus keluar bersih berturut-turut. Pada hari Jumat (19/4), pasar ETF BTC-spot melihat total arus masuk bersih sebesar US$59,7 juta. iShares Bitcoin Trust (IBIT) mencatatkan 69 sesi arus masuk bersih berturut-turut. Namun, pasar ETF BTC-spot mencatat total arus keluar bersih sebesar US$204,3 juta dalam pekan yang berakhir 19 April 2024.
Harapan dengan adanya halving atau pengurangan pasokan Bitcoin, maka akan memicu guncangan pasokan yang sangat besar pada sistem. Dengan ETF saat ini yang pasokan BTC yang dibutuhkan 5-10x setiap hari, permintaan pasca-halving diperkirakan akan menjadi 10-20 kali pasokan Bitcoin.
Namun perlu diperhatikan juga mengenai kondisi pasar saat ini yang tengah dibayangi sentimen negatif yaitu inflasi Amerika Serikat (AS) belum terkendali dan berencana menaikkan suku bunga, serta kebijakan regulasi di tiap negara.
Menurut Fyqieh, ketidakpastian ekonomi seperti Inflasi yang masih tinggi dan suku bunga di level puncak akan membuat masyarakat dunia lebih memilih aset safe haven seperti emas dan dolar AS. Kondisi ekonomi AS yang masih belum optimal akan menjadi perhatian karena berkorelasi pada kebijakan suku bunga.
“Fokus ekonomi global saat ini yaitu masalah inflasi, serta harga komoditas yang terus melambung tinggi dan memicu inflasi berlebihan. Sehingga, Amerika belum berencana untuk menurunkan suku bunga tahun ini,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Senin (22/4).
Di samping itu, dampak potensi perang berkelanjutan di Timur Tengah terhadap harga Bitcoin wajib diwaspadai. Jika terjadi perang, investor cenderung mencari aset yang lebih stabil, yang dapat mengakibatkan penurunan harga Bitcoin dan altcoin.
Walaupun demikian, Fyqieh memasang target pribadi Bitcoin mampu menyentuh level US$ 100.000 di tahun 2024 ini. Optimisme itu mengingat sebenarnya harga Bitcoin sudah melalui 50% dari bullrun.
Baca Juga: Halving Tuntas, Harga Bitcoin (BTC) Diprediksi Bakal Terus Ngegas
Jika melihat kembali sejarah, halving pada tahun 2012 menandai awal dari kenaikan Bitcoin yang meroket, mendorong harganya sebesar 92 kali lipat pasca-halving. Peristiwa halving berikutnya pada tahun 2016 dan 2020 menunjukkan peningkatan yang signifikan masing-masing sebesar 30 kali dan 8 kali lipat.
“Kenaikan lebih lanjut bisa terjadi apabila sentimen tahun ini dalam kondisi positif. Harga US$100.000 tersebut merupakan harga psikologis Bitcoin,” ucap Fyqieh.
Mengutip Coinmarketcap, Senin (22/4) pukul 17.15 WIB, harga Bitcoin stabil di kisaran US$66.029 atau naik 1,75% dalam 24 jam terakhir. Total kapitalisasi pasar Bitcoin sekitar US$1,3 triliun dengan dominasi sekitar 53% dari total pasar.
Fyqieh melihat prospek Bitcoin tampak bullish dalam jangka panjang khususnya setelah fase Pre-Halving Retrace yaitu fase 28 hingga 14 hari sebelum peristiwa halving. Setelah fase itu, BTC akan memasuki fase akumulasi ulang yang mungkin berlangsung selama hampir 5 bulan.
Dia berpandangan bahwa akan banyak investor akan terguncang pada fase ini karena kebosanan, ketidaksabaran, dan kekecewaan terhadap kurangnya hasil besar dalam investasi BTC mereka setelah halving. Padahal, setelah Bitcoin keluar dari area akumulasi ulang, berpotensi bertumbuh menuju titik tertinggi baru alias new all time high (ATH).
“Rentang akumulasi ulang ini yang dapat meningkatkan harga Bitcoin mencapai harga tertinggi baru,” tutur Fyqieh.
Selanjutnya: Berdikari Pondasi (BDKR) Menganggarkan Capex Rp 110 Miliar di Tahun 2024
Menarik Dibaca: Susah Buang Angin, Ternyata Ini 5 Penyebab Susah Kentut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News