Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai perdagangan aset kripto di pasar kripto Indonesia meningkat.
Sekretaris Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Olvy Andrianita mengungkapkan, nilai transaksi perdagangan aset kripto pada Februari 2024 tercatat sebesar Rp 33,69 triliun atau naik 56,22% secara month-to-month (MtM) dari bulan sebelumnya.
Sedangkan untuk jumlah investor per Februari 2024 sebanyak 19,18 juta investor. Menurut dia, dengan adanya peristiwa halving Bitcoin dapat mendorong transaksi dan jumlah investor lebih banyak lagi ke depannya.
“Adapun untuk jenis aset kripto yang banyak ditransaksikan berdasarkan nilai transaksi pada perdagangan fisik aset kripto selama Februari 2024 yakni, Tether (USDT), Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan Render Token (RNDR),” kata Olvy dalam keterangan resminya, Jumat (22/3).
Baca Juga: Harga Bitcoin Mulai Rebound, Begini Saran Bagi Investor
Dia memprediksi, pada tahun ini harga mayoritas aset kripto juga akan naik, sejalan dengan adanya fenomena halving Bitcoin yang mendorong transaksi lebih besar lagi.
itu, Olvi menyebutkan saat ini terdapat 35 perusahaan Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) yang terdaftar di Bappebti dan sebagian besar sedang dalam proses menjadi Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK).
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, berdasarkan pola siklus sebelumnya, harga Bitcoin cenderung naik setelah halving dan memerlukan waktu hingga enam bulan untuk mencapai puncak level baru.
Namun Fyqieh bilang, dinamika ini telah berubah sejak kehadiran ETF Bitcoin. Para pelaku pasar optimis terhadap potensi kenaikan harga BTC yang mungkin akan terjadi lebih cepat pasca-halving.
Dalam proyeksi jangka pendek, Fyqieh bilang, akhir Maret 2024 berpotensi untuk terus mengalami tren bullish dengan target terdekatnya mencapai harga US$ 80.000. Kenaikan ini didorong oleh permintaan dari institusi dan potensi kenaikan harga saat ini sebesar 9,4%.
“Namun demikian, indikator teknikal menunjukkan adanya potensi overbought yang dapat memicu koreksi karena kondisi pembelian yang sudah jenuh,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3).
Selain itu, data dari IntoTheBlock mengungkapkan bahwa saat ini seluruh pemegang Bitcoin telah meraih keuntungan. Meskipun demikian, hal ini juga dapat memicu aksi jual jika Bitcoin turun di bawah level support penting dalam jangka pendek.
“Ada kemungkinan juga bagi Bitcoin untuk mencapai US$ 80.000 sebelum peristiwa halving berikutnya dalam 30 hari, namun hal ini tergantung pada pemeliharaan momentum bullish serta kemampuan melewati level resistensi yang signifikan,” imbuhnya.
Baca Juga: Usai Terjatuh, Harga Bitcoin Diprediksi Akan Terus Bullish hingga Capai US$ 73.000
Untuk itu, Fyqieh menyarankan kepada para investor dan trader untuk memantau pergerakan harga serta sentimen pasar guna menilai peluang tercapainya target tersebut.
Ia melihat, potensi harga Bitcoin mencapai US$ 100.000 pada tahun 2024 terlihat cukup menjanjikan, meskipun tidak ada jaminan pasti. Salah satu faktor utama yang mendorong potensi ini adalah fenomena halving Bitcoin.
Adapun halving keempat Bitcoin dijadwalkan terjadi pada tahun 2024, yang secara signifikan akan mengurangi pasokan Bitcoin baru di pasar. Hal ini juga berpotensi mendorong kenaikan harga Bitcoin karena meningkatnya permintaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News