Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) berupaya menguji level US$53.000 pada pergerakan tengah pekan ini, namun aksi jual mengakibatkan penurunan lebih dalam di bawah US$ 52.000.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan Bitcoin hampir tidak bertahan di atas US$ 51.000 selama pergerakan di awal pekan ketiga Februari 2024 ini. Para pelaku pasar cenderung melihat level harga US$ 50.000 dan US$ 48.000 sebagai area dukungan potensial berikutnya. Terlebih momen halving yang semakin dekat kurang dari 60 hari.
Halving Bitcoin yang diperkirakan terjadi antara 20-22 April 2024 nanti akan semakin menarik perhatian investor dan trader. Event halving ini diketahui memiliki dampak signifikan terhadap suplai Bitcoin, di mana hadiah untuk penambangan blok Bitcoin akan berkurang setengahnya.
“Ini merupakan mekanisme yang telah terprogram untuk mengurangi laju inflasi Bitcoin dan secara historis telah memicu kenaikan harga," kata Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (22/2).
Baca Juga: Aset Kripto Berbasis AI Melesat Saat Harga Bitcoin Bergerak Datar
Namun, menurut Fyqieh, pelaku pasar harus mengetahui tren Bitcoin halving sejak dimulainya pada tahun 2009 menggarisbawahi tema yang berulang. Memang benar bahwa penurunan harga yang signifikan mendahului setiap halving, sehingga membuka peluang bagi lonjakan pasar berikutnya.
Misalnya, pada tahun 2012, penurunan harga Bitcoin secara dramatis sebesar 50,78% terjadi hanya beberapa bulan sebelum halving. Namun, Bitcoin naik ke level baru setelahnya.
Pola serupa juga terjadi pada tahun 2016 dan 2020, dengan koreksi sebelum halving masing-masing sebesar 40,37% dan penurunan tajam sebesar 63,09%, diikuti oleh pemulihan yang kuat pasca halving.
"Pada awal tahun 2024, Bitcoin mengalami pertumbuhan sebesar 21,17%, memicu spekulasi pasar bullish yang akan datang. Namun, jika pola historis menunjukkan hal ini, pasar mungkin bersiap menghadapi koreksi, berpotensi turun di bawah US$ 50.000 sebelum naik pasca-halving," analisis Fyqieh.
Lebih lanjut, Fyqieh menjelaskan, trader dan investor juga akan terus mencoba untuk menaikan harga BTC di atas resistensi US$53.000. Pengujian ulang yang berhasil pada level ini akan menyiratkan tren naik yang lebih kuat yang menargetkan area di atas US$ 54.000.
Baca Juga: Hasil Survei Indodax Ungkap Kebiasaan Unik Investor Kripto
Meskipun terjadi koreksi di bawah US$ 50.000, Bitcoin menegaskan potensi mencapai puncaknya antara US$58.000 dan US$60.000 sebelum berkurang separuhnya. Meski ada potensi penurunan, pentingnya kenaikan harga dari peristiwa halving ini tidak dapat dilebih-lebihkan.
Setelah halving pada tahun 2012, 2016, dan 2020, Bitcoin mengalami lonjakan yang mengejutkan masing-masing sebesar 11,000%, 3,072%, dan 700%. Periode momentum bullish ini berlangsung antara 365 dan 549 hari, mencerminkan dampak besar halving terhadap dinamika pasar.
"Jika pasar bullish yang akan datang mencerminkan lintasan masa lalu, ekspektasi dapat menentukan puncak pasar Bitcoin berikutnya sekitar bulan April atau Oktober 2025," imbuh Fyqieh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News