kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.212   -15,00   -0,09%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Efek geopolitik ke emas cuma sementara


Rabu, 08 November 2017 / 06:15 WIB
Efek geopolitik ke emas cuma sementara


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu geopolitik bisa mengangkat harga emas di pasar global. Namun efeknya diprediksi hanya sementara. Pasalnya, pelaku pasar akan kembali fokus ke rencana The Fed menaikkan suku bunga. Dus, investor pun bisa beralih ke dollar Amerika Serikat (AS) dan pamor emas bisa meredup.  

Selasa (7/11), per pukul 21.00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember 2017 di Commodity Exchange melemah 0,22% menjadi sebesar US$ 1.278,80 per ons troi. Sepekan terakhir, harga emas juga cuma menguat 0,63%.  

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, harga emas melemah karena aksi ambil untung investor setelah hari sebelumnya harga emas menguat signifikan. Kala itu, situasi geopolitik Arab Saudi yang memanas pasca penahanan sejumlah pangeran kerajaan mendorong kenaikan harga emas. “Aset safe haven seperti emas lantas diburu para investor,” kata Faisyal, Selasa (7/11).

Selain akibat aksi profit taking, indeks dollar AS kemarin menguat ke 95,11 atau naik 0,34% dibandingkan hari sebelumnya. Penguatan indeks dollar AS dapat menekan harga komoditas yang diperdagangkan dengan mata uang tersebut, termasuk emas.

Situasi geopolitik terkini, menurut Faisyal masih berpeluang mengangkat harga emas. Salah satunya: kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump ke Korea Selatan dua hari ini. Kunjungan ini berpotensi memicu naiknya tensi perselisihan antara AS dan Korea Utara (Korut). Terlebih lagi, agenda Trump di Negeri Gingseng adalah membahas masalah nuklir yang dikembangkan Korut.

Selain itu, bocornya dokumen Paradise Paper yang mengungkap data konglomerat dunia pengemplang pajak juga menimbulkan gejolak berskala global. Alhasil, emas berpeluang kembali menjadi komoditas yang laris di mata investor.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf setuju bahwa sejumlah gejolak geopolitik yang melanda beberapa negara dapat menjadi sentimen positif terhadap penguatan harga emas setidaknya hingga sepekan mendatang. Namun, efeknya hanya akan bersifat sementara. Ia menilai, harga emas sulit untuk terus naik secara jangka panjang.

Fokus ke The Fed

Di sisi lain, Alwi melihat harga emas masih berpeluang terkoreksi karena pidato Ketua The Fed pada Rabu (8/11) yang diperkirakan bakal memberikan petunjuk soal kenaikan suku bunga acuan.

Menurut Alwi, jelang berakhirnya 2017, para pelaku pasar sebenarnya lebih fokus pada isu seputar kenaikan suku bunga acuan The Fed. “Jelang keputusan kenaikan suku bunga acuan, minat investor terhadap dollar makin meningkat. Di sisi lain, emas jadi terlupakan,” ungkapnya.

Selain itu, potensi koreksi harga emas juga berasal dari sejumlah bursa saham global yang berhasil mencetak rekor di tahun ini. Menurut Alwi, hal tersebut menunjukkan adanya fenomena risk appetite di kalangan pelaku pasar. “Pasar berani ambil risiko pada sejumlah instrumen investasi yang punya imbal hasil lebih baik,” jelas Alwi.

Secara teknikal, harga emas bergulir di atas moving average (MA) 50, MA100 dan MA200, menunjukkan potensi naik. Relative strength index (RSI) dan stochastic berada di level 79 dan 59. Sedang MACD berada di area negatif. Prediksi Alwi, harga emas sepekan ke depan berkisar antara US$ 1.260-US$ 1.290 per ons troi. Faisyal meramalkan harga berada di kisaran US$ 1.270-US$ 1.290 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×