Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejolak geopolitik yang melanda beberapa negara akhir-akhir ini dinilai dapat menjadi sentimen positif terhadap penguatan harga emas. Meski begitu, mengingat gejolak tersebut sifatnya sementara, harga emas diyakini sulit untuk melonjak secara jangka panjang.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengaku, jelang berakhirnya tahun 2017, pelaku pasar lebih tertarik pada isu seputar kenaikan suku bunga acuan The Fed. Alhasil, situasi geopolitik yang memanas di sejumlah negara tidak akan terlalu mempengaruhi minat investor terhadap emas.
“Jelang keputusan kenaikan suku bunga acuan, minat investor terhadap dollar makin meningkat. Di sisi lain emas jadi terlupakan,” ungkapnya.
Selain itu, Alwi menilai, potensi koreksi harga emas baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang berasal dari kondisi sejumlah bursa saham global yang berhasil mencetak rekor di tahun ini. Menurutnya, kinerja positif bursa saham tersebut menunjukkan adanya fenomena risk appetite di kalangan pelaku pasar.
“Pasar berani ambil risiko pada sejumlah instrumen investasi yang kenyataannya punya imbal hasil lebih baik dari emas,” jelas Alwi.
Prediksi Alwi, sepekan ke depan harga emas akan bergerak terbatas di kisaran US$ 1.260—US$ 1.290 per ons troi.
Adapun pada hari ini (7/11), berdasarkan pengamatan hingga pukul 17.25 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember 2017 di Commodity Exchage melemah 0,40% menjadi US$ 1.276,50 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News