Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Eastspring Investments Indonesia (Eastspring Indonesia) tawarkan produk anyar Reksadana Eastspring Syariah Greater China Equity USD. Menjalin kerja sama dengan Standard Chartered Bank Indonesia, reksadana ini sudah mulai ditawarkan sejak 15 Juni kemarin.
Hanya saja, Reksadana Eastspring Syariah Greater China Equity USD ini ditawarkan khusus bagi nasabah Standard Chartered Bank Indonesia hingga September 2020. Barulah pada 1 Oktober nanti, produk ini akan dipasarkan ke masyarakat luas.
“Melalui kerja sama ini, kami harapkan Reksadana Eastspring Syariah Greater China Equity USD dapat membantu para nasabah Priority Banking Standard Chartered dalam memenuhi kebutuhan mereka akan solusi keuangan terbaik dan memberikan nilai tambah,” ungkap Alan J. Tangkas Darmawan selaku Presiden Direktur PT Eastspring Investments Indonesia dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (25/6).
Baca Juga: Masuk saham raksasa teknologi China, Eastpring Indonesia luncurkan reksadana baru
Sementara itu, Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia Andrew Chia mengatakan Standard Chartered tidak hanya bertindak sebagai agen penjual efek reksadana, namun juga sebagai penyedia jasa kustodian.
“Peluncuran Reksadana Eastspring Syariah Greater China Equity USD ini spesial karena ini merupakan produk reksadana pertama kami yang menawarkan tujuan investasi khusus di kawasan Greater China. Ini juga sejalan dengan salah satu fokus Standard Chartered Bank Indonesia di 2020 untuk terus menawarkan pilihan baru produk-produk investasi bagi para nasabah,” jelas Andrew Chia.
Pemilihan Greater China yang meliputi Republik Rakyat Tiongkok, Hongkong, Taiwan, tidak terlepas dari potensi investasi yang menarik dalam jangka panjang. China dalam satu dekade terakhir berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas ekonomi dunia.
Selain itu, pada tahun 2020, China juga merupakan satu-satunya negara yang diprediksi masih dapat tumbuh positif saat seluruh dunia dilanda pertumbuhan ekonomi negatif akibat wabah virus corona.