kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Duh, dana kelolaan reksadana melorot Rp 13 triliun di Februari gara-gara corona


Senin, 09 Maret 2020 / 17:13 WIB
Duh, dana kelolaan reksadana melorot Rp 13 triliun di Februari gara-gara corona
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Reksadana. Dana kelolaan reksadana di Februari 2020 terpaksa bukukan penurunan sebanyak Rp 13,3 triliun gara-gara ditekan sentimen corona. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/15/09/2019


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ditekan kuatnya sentimen penyebaran virus corona sejak awal tahun, dana kelolaan reksadana atau asset under management (AUM) Februari 2020 terpaksa bukukan penurunan sebanyak Rp 13,3 triliun atau turun sekitar 2,3% dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan masih akan berlanjut di Maret 2020.

Berdasarkan laporan bulanan Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana mengalami penurunan sebanyak Rp 13,37 triliun atau sekitar 2,54% menjadi Rp 513,26 triliun. Secara persentase, penurunan paling dalam berasal dari dana kelolaan reksadana saham sebanyak 8,41% atau sekitar Rp 10,45 triliun menjadi Rp 113,77 triliun. 

Baca Juga: Catat rekor terdalam, IHSG ditutup ambles 6,58% ke level 5.136,809

Sebaliknya, dari data yang dihimpun Infovesta Utama hanya reksadana pasar uang yang mencatatkan kenaikan. Itupun tipis, hanya naik 0,79% atau sekitar Rp 591,52 miliar menjadi Rp 75,32 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, turunnya total dana kelolaan di Februari 2020 sebagian besar karena tekanan sentimen Korona. "Saham turun paling signifikan,m terhantam efek Korona," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (9/3).

Selain itu, reksadana pendapatan tetap yang digadang-gadang jadi alternatif investor saat pasar mengalami tekanan pun ikut melorot di Februari 2020. Tercatat, reksadana pendapatan tetap turun 0,45% menjadi Rp 114,84 triliun di akhir Februari, dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level Rp 114,36 triliun. 

Wawan menjelaskan, penurunan reksadana pendapatan tetap akibat terpengaruh banyaknya dana asing yang keluar di bulan lalu dari Surat Utang Negara (SUN). Untuk itu jika tren tersebut terus berlanjut, maka tidak menutup kemungkinan AUM reksadana pendapatan tetap bakal kembali mencatatkan penurunan di Maret 2020. "Kalau asing jualan terus di SUN, bisa saja harganya turun dan pendapatan tetap kembali terimbas," katanya.

Baca Juga: IHSG longsor, Kementerian BUMN kaji buyback saham emiten pelat merah

Meskipun begitu, dia meyakini penurunan yang terjadi tidak akan signifikan karena tertahan oleh penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia (BI). Asal tahu saja, tren suku bunga rendah mampu membuat harga surat utang naik dan mendorong kinerja reksadana pendapatan tetap jadi lebih positif. 

Di sisi lain, ada reksadana pasar uang yang berhasil mencatatkan pertumbuhan dana kelolaannya di Februari lantaran investor cenderung ingin mengamankan asetnya. Wawan mengatakan, saat ini investor cenderung akan menempatkan dananya ke pasar uang karena dianggap paling aman. 

Adapun untuk reksadana indeks tercatat turun 6,67% menjadi Rp 8,33 triliun pada Februari 2020. Selanjutnya, DIRE dan KIK tercatat turun sebanyak 4,82% menjadi Rp 18,45 triliun, disusul penurunan reksadana campuran sebanyak 1,8% menjadi Rp 26,79 triliun.

Untuk prospek dana kelolaan di Maret 2020, Wawan menilai masih akan berada dalam tren penurunan sekitar 1% hingga 2%. Dengan begitu, investor dianjurkan untuk tetap melakukan diversifikasi, terlebih risiko di pasar obligasi tetap kecil seiring tren penurunan suku bunga. "Potensi penurunan bisa 1%-2% lagi, dimana tekanan lebih banyak terjadi bila asing keluar dari SUN," ungkapnya.

Baca Juga: Tak bertenaga, rupiah ditutup melemah 1,04% ke Rp 14.393 per dolar AS

Untuk itu, alokasi aset yang disarankan saat ini di reksadana yakni, 50% di obligasi, sedangkan penempatan 30% di pasar uang dan sisanya sekitar 20% bisa ditempatkan di saham.

Di sisi lain, Infovesta Utama berencana untuk melakukan revisi target ekonomi tahun ini. Beberapa data tersebut seperti target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2020, target AUM hingga yield obligasi dan rentang nilai tukar rupiah. "Ya nanti (revisi target), kami masih menunggu data makro ekonomi kuartal I-2020 untuk merevisi,"ujar Wawan. 

Dia menjelaskan, untuk target IHSG cenderung mengacu pada skenario pesimis dan hanya tumbuh 1% atau di kisaran 6.300 saja. Namun, prediksi tersebut masih mengacu pada data ekonomi makro tahun lalu sebelum ekonomi ditimpa sentimen Korona. 

Baca Juga: Harga minyak anjlok, Pertamina bakal tambah impor crude

Selanjutnya, asumsi pertumbuhan ekonomi 5% yang jadi ekspektasi IHSG tahun ini, cenderung akan negatif apabila dampak Korona justru membuat pertumbuhan ekonomi Tanah Air bergerak di bawah target. Adapun untuk rentang nilai tukar rupiah di 2020 berada di kisaran Rp 14.200 per dollar AS hingga Rp 14.500 per dollar AS. 

"Untuk yield obligasi masih dalam range 7% hingga 8% secara rata-rata, karena lebih ke sentimen suku bunga," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×