CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.925   -31,00   -0,20%
  • IDX 7.137   -77,78   -1,08%
  • KOMPAS100 1.092   -10,78   -0,98%
  • LQ45 871   -4,94   -0,56%
  • ISSI 215   -3,31   -1,52%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,53   -0,10%
  • IDX80 125   -1,22   -0,96%
  • IDXV30 135   -0,43   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,44   -0,29%

Dollar AS masih perkasa dibanding mata uang lain


Kamis, 19 Februari 2015 / 16:55 WIB
Dollar AS masih perkasa dibanding mata uang lain
ILUSTRASI. Seorang pedagang sedang menata beras yang dijual di pasar grogol, Jakarta, Selasa (26/01). KONTAN/Fransiskus Simbolon/26/01/2016


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Nilai tukar dollar Amerika Serikat (USD) diprediksi tetap menguat meski Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), meredam wacana kenaikan suku bunga pada Juni mendatang. 

Data Bloomberg, Kamis (19/2) pukul 12.35 WIB menunjukkan, USD bergerak variatif terhadap dollar Australia (AUD), euro (EUR) dan yen Jepang (JPY). Pasangan AUD/USD tercatat turun 0,24% menjadi 0,7792. Namun, pasangan EUR/USD justru menguat 0,17% menjadi 1,1416. Pun demikian dengan pairing USD/JPY yang melemah 0,09% ke level 118,68.

Bervariasinya pergerakkan dollar AS disebabkan oleh hasil rapat komite federal (FOMC) yang ternyata meleset dari perkiraan. Awalnya, banyak pengamat yang yakin bahwa The Fed akan memberikan sinyal yang memperkuat rumor bahwa kenaikan suku bunga akan dilakukan di Juni mendatang. Namun, para pejabat The Fed justru memberi indikasi kebijakan penaikkan suku bunga mungkin tidak akan dilakukan pada Juni nanti. 

Langkah aman yang diambil The Fed didasarkan pada kecemasan atas penurunan inflasi dan data upah tenaga kerja yang belum sesuai harapan. Albertus Christian, Analis Senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, secara umum, USD terlihat masih unggul dibandingkan AUD. 

Selain didukung rencana kenaikan bunga, beberapa indikator ekonomi AS juga diperkirakan bakal membaik. Angka klaim pengangguran Februari, misalnya, diperkirakan bakal turun menjadi 293.000 klaim dari bulan sebelumnya yang 304.000. 

Kondisi sebaliknya justru terjadi di Australia yang sebagian indikator ekonominya malah memburuk. Di Januari lalu, tingkat pengangguran Australia naik dari 6,1% menjadi 6,4%. Australia juga kehilangan 12.200 lapangan kerja di bulan pertama tahun ini. 

"AUD juga dalam tekanan karena Bank Sentral Australia membuka kemungkinan untuk kembali menurunkan suku bunga," kata Christian, Rabu (19/2). Untungnya, dari sisi teknikal, pairing AUD/USD masih berpeluang menguat tapi hanya dalam jangka pendek.

Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Fortis Asia Futures menyatakan, pasangan USD/JPY juga diperkirakan masih positif. JPY relatif tidak terlalu mendapatkan dorongan kuat lantaran Bank Sentral Jepang (BoJ) memilih mempertahankan kebijakan moneternya.

"Indikator teknikal pun memperkuat peluang bullish USD/JPY," ujar Deddy. Sementara pasangan EUR/USD diperkirakan bergerkan sideways hingga akhir pekan ini. "Belum ada katalis yang signifikan mempengaruhi pairing ini," kata Chief Invesment Strategic PT Astronacci International, Gema Goeyardi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×