Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan usai Bank Sentral AS atau The Fed memangkas suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin (bps) ke level 1,5% hingga 1,75%. Itu juga berlaku pada pasangan USD/JPY yang tercatat merosot pada perdagangan Kamis (31/10).
Mengutip Bloomberg, Kamis (31/10), pasangan kurs USD/JPY tercatat merosot 0,65% pukul 18.49 WIB ke level 108,14. Padahal, di hari sebelumnya, pasangan kurs tersebut masih ditutup pada level 108,85.
Analis Bestprofit Futures Agus Prasetyo mengatakan, tergelincirnya pasangan kurs tersebut akibat langka pemangkasan suku bunga yang dilakukan The Fed akhir Oktober ini. Langka tersebut sesuai dengan harapan pelaku pasar.
Baca Juga: Pasangan kurs USD cenderung digerakkan sentimen teknikal, Senin (28/10) ini
Meskipun demikian, Gubernur The Fed Jerome Powell mengindikasikan tidak akan ada lagi Rate Cut dalam jangka panjang selama kondisi ekonomi AS masih seperti ini. Dalam konferensi persnya Powell mengindikasikan bahwa "mid-cycle adjusment" yang pernah dia sebutkan dalam pidatonya beberapa bulan lalu, sudah mendekati titik akhir.
Selain itu, The Fed juga menghapus klausa kunci yang mengatakan bahwa The Fed berkomitmen untuk bertindak sesuai untuk mempertahankan ekspansi. Alhasil, indeks dolar AS yang melacak greenback terhadap Yen Jepang terpantau melemah -0,19% untuk berada di level 108,62.
Di sisi lain Yen Jepang tetap mempertahankan nada penawaran belinya dan tidak terpengaruh oleh kebijakan Bank Sentral Jepang (BOJ) yang mempertahankan kebijakan moneter stabil dan menyesuaikan arah kebijakan ke depan pada suku bunga.
Baca Juga: The Fed rate kembali dipangkas, Gubernur BI isyaratkan pelonggaran moneter berlanjut
Seperti diketahui pada Kamis (31/10), dewan kebijakan moneter BOJ menyimpulkan pertemuan peninjauan kebijakan dua hari di Juli 2019 dan memutuskan untuk membiarkan pengaturan kebijakan moneternya tidak disesuaikan.
Bahkan, bank sentral Negeri Sakura tersebut juga mempertahankan suku bunga di -10 bps sambil mempertahankan target produksi JGB 10 tahun di 0%.
Bank sentral juga memodifikasi arah sinyal ke depan tentang suku bunga, dengan alasan bahwa akan lebih jelas memberi sinyal peluang penurunan suku bunga di masa depan.
Di sisi lain ketegangan perdagangan antara China dan AS tetap tidak menentu setelah Chili mengatakan membatalkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pada pertengahan November karena protes yang sedang berlangsung. Sehingga hal tersebut masih akan menjadi beban dan sinyal negatif bagi dolar AS untuk kembali melemah dan baik bagi Yen Jepang.
Baca Juga: Pasar tunggu sentimen baru, rupiah potensi menguat pada Jumat besok
Selanjutnya, pelaku pasar juga bakal fokus pada data Non Farm Payrolls (NFP) AS Oktober yang akan dirilis besok malam dengan prediksi akan mengalami penurunan dari 136.000 (previous) menjadi 120.000 (forecast).
"Jika rilis data aktual lebih rendah dari perkiraan, maka dolar AS akan cenderung kembali terdepresiasi dan mendorong Yen Jepang untuk kembali menguat atau terapresiasi," ungkap Agus kepada Kontan.co.id.
Secara teknikal, pasangan USD/JPY dalam kondisi downtrend dengan kecenderungan bearish jangka pendek. Di mana indikator Moving Everage Exponential (EMA) tercatat melebar dengan arah harga sideways, kemudian pada Vortex Indikator (VI) memberikan sinyal Red over Blue dengan arah kurs belum kuat untuk naik.
Baca Juga: Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, BI memangkas suku bunga acuan hingga empat kali
Sedangkan pada indikator True Strengh Indicator (TSI) berada di figur +16 dengan arah kurs berpotensi turun. Dengan begitu, Agus memperkirakan bahwa secara umum pasangan USD/JPY terlihat masih dalam konsolidasi dengan kecenderungan turun (bearish) jangka pendek.
Adapun rekomendasi trading untuk USD/JPY pada Jumat (1/11) adalah sell, dengan kisaran resistance 108,82; 109,04; dan 109,41 dan untuk support 108,45; 108,30; dan 107,93.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News