Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar (DXY) kembali tertekan dalam beberapa hari terakhir, memperpanjang tren pelemahan yang sudah terjadi sejak awal Juni 2025.
Pelemahan ini dipicu oleh meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve.
Berdasarkan Trading Economics, indeks dolar (DXY) tercatat di 97,22 pada Kamis (26/6) pukul 20.43 WIB. Dalam 24 jam terakhir turun 0,47%, mendorong pelemahan 1,61% dalam sepekan terkahir.
Di sisi lain, mayoritas mata uang utama menguat. Pasangan GBPUSD menguat 1,84% sepekan terakhir. Selanjutnya, EURUSD 1,79%, NZDUSD 1,09%, dan AUDUSD 0,87.
Baca Juga: Rupiah Menguat Saat Indeks Dolar di Level Terendah Dalam 40 Bulan, Kamis (26/6)
Lalu ada USDCHF yang melemah 2,02% dalam sepekan, yang berarti CHF menguat 2,02% terhadap dolar AS. Kemudian, USDJPY turun 0,66%, dan USDCAD melemah 0,24%.
Research and Development ICDX, Taufan Dimas Hareva mengatakan bahwa sentimen dovish yang datang dari sejumlah pejabat The Fed, seperti Christopher Waller dan Michelle Bowman, menjadi pemicu utama terkoreksinya DXY.
"Pernyataan mereka cenderung mengindikasikan kesiapan The Fed untuk memangkas suku bunga jika data ekonomi terus melambat," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (26/6).
Sejumlah data ekonomi AS terbaru turut memperkuat ekspektasi tersebut. Data kepercayaan konsumen dan penjualan rumah baru menunjukkan tanda-tanda pelambatan ekonomi, memperbesar peluang bank sentral untuk melunak.
Di sisi lain, meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dengan tercapainya gencatan senjata antara Iran dan Israel turut mendorong risk appetite global.
Baca Juga: Indeks Dolar AS Menguat, Tapi Diprediksi Cuma Sementara karena Faktor Ini
"Ketika minat risiko pasar meningkat, permintaan terhadap aset safe haven seperti dolar AS cenderung menurun," tambah Taufan.
Ia menilai potensi pelemahan DXY masih terbuka. Secara teknikal, DXY sudah menembus level support penting di 98 dan kini berpotensi melanjutkan penurunan ke kisaran 97,20 hingga 96,80 dalam jangka pendek.
"Jika data inflasi seperti Core PCE kembali melandai, maka tekanan terhadap dolar bisa berlanjut hingga ke level 96," ungkap Taufan.
Meski demikian, ia menekankan potensi rebound jangka pendek tetap ada, terutama jika terjadi eskalasi geopolitik atau perubahan sikap dari The Fed yang kembali hawkish.
Di tengah melemahnya dolar, mata uang utama lainnya justru mencatatkan penguatan. Euro (EUR), Poundsterling (GBP), dan Dolar Australia (AUD) dinilai sebagai mata uang utama yang layak dicermati.
Baca Juga: Indeks Dolar ke Level Terendah dalam Enam Pekan Terbebani Prospek Ekonomi AS
Taufan menerangkan, EUR mendapat angin segar dari turunnya tekanan inflasi energi dan sikap hati-hati ECB dalam memangkas suku bunga. Sementara itu, GBP ditopang oleh data ekonomi Inggris yang relatif solid serta ekspektasi pelonggaran yang tidak agresif dari BoE.
AUD juga menjadi salah satu mata uang yang paling diuntungkan ketika sentimen risiko membaik. "AUD cenderung naik saat market risk-on, terlebih RBA belum menunjukkan urgensi untuk memangkas suku bunga secara agresif karena tekanan inflasi domestik masih cukup tinggi," paparnya.
Taufan melihat, pasangan mata uang EURUSD diproyeksikan menguat ke level 1,1750 dalam beberapa pekan ke depan jika tekanan terhadap dolar terus berlanjut, dengan support kuat di area 1,1550. GBPUSD juga menunjukkan potensi menuju 1,3850, dengan batas bawah di kisaran 1,3600.
Sementara itu, AUDUSD diperkirakan menargetkan 0,6600, dengan koreksi teknikal ke 0,6470 dapat dimanfaatkan sebagai peluang beli oleh pelaku pasar.
Baca Juga: Pelemahan Dolar AS Berpotensi Berlanjut hingga Akhir Tahun 2025
"Namun investor tetap perlu mencermati data inflasi AS yang akan dirilis dalam waktu dekat, serta dinamika geopolitik yang bisa sewaktu-waktu meningkatkan volatilitas di pasar mata uang," tutup Taufan.
Selanjutnya: Inilah Lokasi Tilang ETLE Di Jakarta, Catat Daftar Pelanggaran & Besaran Denda Tilang
Menarik Dibaca: Samsung S24 FE Harga Juni 2025 Hadir dengan Snapdragon atau Exynos? Cek Speknya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News