Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada hari Senin (27/1). Para pelaku pasar mempertimbangkan konsekuensi dari rencana tarif Presiden AS Donald Trump di awal minggu. Sementara Federal Reserve secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil pada pekan ini.
Dolar AS mencatat minggu terlemahnya sejak November 2023 pada pekan lalu karena meredanya kekhawatiran tarif dari pemerintahan Trump. Tetapi kekhawatiran itu muncul kembali setelah dia mengatakan akan memberlakukan tindakan menyeluruh terhadap Kolombia.
Tindakan balasan, termasuk tarif dan sanksi, terjadi setelah negara Amerika Selatan itu menolak dua pesawat militer AS dengan migran yang dideportasi sebagai bagian dari tindakan keras imigrasi pemerintahan AS yang baru.
Tindakan ini menyebabkan peso Meksiko, barometer kekhawatiran tarif, turun 0,8% menjadi 20,43 per dolar pada awal perdagangan. Dolar Kanada sedikit lebih lemah pada US$ 1,43715.
Baca Juga: Harga Emas Turun Tipis Hari Ini (27/1), Masih Bergerak di Atas US$ 2.700
Euro melemah 0,14% pada US$ 1,0474 menjelang pertemuan kebijakan bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB) minggu ini. ECB diperkirakan akan menurunkan biaya pinjaman. Sterling terakhir mencapai Us$ 1,24615.
Hal itu membuat indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama dunia, berada pada 107,6. Indeks dolar masih mendekati level terendah satu bulan yang dicapai minggu lalu.
Fokus investor minggu ini akan tertuju pada langkah kebijakan moneter bank sentral dan reaksi pejabat bank sentral setelah Trump mengatakan bahwa ia ingin Federal Reserve memangkas suku bunga.
The Fed diprediksikan tidak mengubah suku bunga saat mengakhiri pertemuan dua hari pada hari Rabu. Tetapi investor akan mencermati petunjuk bahwa pemangkasan suku bunga dapat dilakukan pada bulan Maret jika inflasi terus mereda mendekati target tahunan bank sentral AS sebesar 2%.
Baca Juga: Ini Penyebab Rupiah Menguat 1,3% Terhadap Dolar AS Sepekan Terakhir
Data pada hari Jumat menunjukkan bahwa aktivitas bisnis AS melambat ke level terendah dalam sembilan bulan pada bulan Januari di tengah meningkatnya tekanan harga. Secara terpisah, penjualan rumah yang sudah ada di AS meningkat ke level tertinggi dalam 10 bulan pada bulan Desember.
"Optimisme telah melonjak tentang agenda America First yang ramah pertumbuhan dari Trump, tekanan inflasi telah meningkat ke level tertinggi dalam empat bulan, dan bisnis menerima karyawan dengan kecepatan tercepat sejak 2022," kata Kyle Chapman, analis pasar valas di Ballinger Group seperti dikutip Reuters.
"Gambaran itu menunjukkan pasar tenaga kerja yang kembali memanas, dan sangat mendukung jeda yang diperpanjang di Fed," imbuh Chapman.
Dalam mata uang lain, dolar Australia dan Selandia Baru sedikit lebih rendah tetapi tetap mendekati level tertinggi satu bulan yang dicapai minggu lalu. Pasar Australia tutup untuk hari ini.
Baca Juga: Ketidakpastian Ekonomi Global Makin Tinggi, KSSK Perkuat Sinergi
Yen Jepang menguat hampir 0,4% menjadi 155,41 per dolar pada perdagangan awal setelah Bank of Japan menaikkan suku bunga pada hari Jumat ke level tertinggi sejak krisis keuangan global 2008. Bank of Japan juga merevisi naik prakiraan inflasi.
Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan bank sentral akan terus menaikkan suku bunga karena kenaikan upah dan harga meluas. Tetapi dia memberikan sedikit petunjuk tentang waktu dan kecepatan kenaikan suku bunga di masa mendatang.
Mark Dowding, kepala investasi di RBC BlueBay Asset Management mengatakan, perhatian baru terhadap berita Jepang dapat menjadi katalis bagi yen untuk menguat dalam beberapa minggu mendatang.
"Mata uang Jepang masih sangat dinilai rendah pada sebagian besar model penilaian dan, seiring menyempitnya perbedaan suku bunga, kami pikir hal ini akan membantu yen berkinerja lebih baik pada tahun 2025," ujar Dowding.
Selanjutnya: Donald Trump Mengancam, Dolar AS Menguat
Menarik Dibaca: 33 Twibbon Imlek 2025 Gratis Untuk Rayakan Tahun Baru China
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News