Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) masih kuat terhadap mayoritas mata uang utama dalam sepekan terakhir. Meski begitu, sejumlah mata uang utama ini dinilai memiliki prospek yang menarik.
Berdasarkan data Trading Economics, indeks dolar (DXY) naik 0,25% dalam sepekan. Sementara itu, sebulan terakhir telah naik 1,18% ke 105,89 per Kamis (27/6) pukul 18.49 WIB.
Di sisi lain, Euro (EUR) melemah 0,05% dalam sepekan dan 1,38% dalam sebulan. Poundsterling (GBP) turun 0,13% sepekan dan 0,90% dalam sebulan. Lalu, Yen Jepang (JPY) melemah 0,99% sepekan dan 2,07% sepekan.
Di antara mata uang utama, dolar Australia (AUD) yang berhasil menguat 0,07% dalam sebulan. Namun, sepekan terakhir tergelincir dengan penurunan 0,12%.
Baca Juga: Rupiah Menguat Tipis di Perdagangan Kamis (27/6)
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, depresiasi JPY didorong oleh berlanjutnya kekhawatiran atas perbedaan suku bunga Jepang dan negara-negara lain. Pelemahan Yen Jepang juga dipengaruhi oleh tren pelemahan Yuan Tiongkok dalam lima hari terakhir.
Sementara di antara mata uang utama, AUD mampu mengimbangi dolar AS dipengaruhi oleh rilis data inflasi Australia bulan Mei yang melampaui ekspektasi. "Sehingga berpotensi berimplikasi pada 'stance' kebijakan yang cenderung hawkish dari Reserve Bank of Australia (RBA)," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (27/6).
Josua menyebut, hingga akhir tahun pelaku pasar masih akan mencermati bagaimana keputusan Fed untuk memangkas suku bunga FFR. Berdasarkan hasil rapat FOMC bulan Juni, Fed diperkirakan akan memangkas sekitar 25bps pada tahun ini dan berlanjut di 2025 sebesar 100bps.
"Jadi sekiranya terdapat perubahan kondisi ekonomi AS yang signifikan sehingga mempengaruhi ekspektasi Fed terkait dengan arah suku bunga Fed kedepannya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan DXY hingga akhir tahun ini," paparnya.
Selain itu, perkembangan pemilu di Eropa, terutama di Prancis, akan mempengaruhi arah kebijakan ekonomi Prancis kedepannya, serta akan turut mempengaruhi pergerakan Euro hingga akhir tahun ini. Sementara itu, terkait kebijakan intervensi yang akan dilakukan oleh otoritas Jepang merespon pelemahan JPY saat ini pun juga diperkirakan mempengaruhi DXY.
Namun demikian, jika pemangkasan suku bunga FFR dari Fed sesuai ekspektasi pasar saat ini, pemilu Prancis juga sesuai dengan ekspektasi pasar, dan otoritas Jepang juga melakukan intervensi, maka terdapat potensi penguatan dari mata uang utama hingga akhir tahun ini.
Baca Juga: Rupiah Sentuh Rp 16.400, Sri Mulyani Sebut Ada Faktor Kekecewaan Pasar
"EUR diperkirakan akan berkisar 1,07-1,08, JPY diperkirakan berkisar 156-158, GBP diperkirakan berkisar 1,26-1,27 hingga akhir tahun 2024 ini," jelasnya.
Sejalan dengan hal itu, rupiah juga diperkirakan akan membaik. Josua berpandangan rupiah akan berkisar Rp 16.000 - Rp 16.200 per dolar AS hingga akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News