Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani menetapkan dividen yang diterima oleh wajib pajak dikecualikan sebagai objek pajak penghasilan atau PPh. Beleid itu membebaskan PPh atas dividen dengan syarat, wajib pajak harus menanamkan modalnya kembali (reinvestasi) sebanyak 30% dari dividen yang didapat ke dalam instrumen investasi di Tanah Air.
Pengecualian sebagai objek PPh berlaku atas dividen yang diterima oleh wajib pajak dari dalam negeri maupun luar negeri. Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar mengamati, keputusan itu akan mendorong iklim investasi di dalam negeri menjadi lebih baik. Mengingat, syarat reinvestasi menjadikan dana tetap berada di dalam instrumen investasi di Indonesia.
Asal tahu saja, terdapat 12 instrumen investasi yang telah ditetapkan pemerintah sebagai reinvestasi, di antaranya surat berharga negara (SBN) dan surat berharga syariah negara (SBSN), obligasi, sukuk, hingga saham. Sementara untuk pasar saham, Anggaraksa memproyeksikan, dampak dari kebijakan itu akan lebih terasa bagi investor jangka panjang.
Mengingat, mayoritas investor yang mengoleksi dividen merupakan tipe investor jangka panjang. "Adanya syarat reinvestasi itu juga lebih ngena untuk investor yang buy and hold istilahnya," ujar Anggaraksa kepada Kontan.co.id, Rabu (3/3).
Baca Juga: Bursa segera dibuka, simak prediksi analis untuk IHSG hari ini Kamis (4/3)
Di sisi lain, beleid ini akan menambah daya tarik saham-saham yang selama ini loyal membagikan dividen. Misalnya, saham yang terseleksi dalam indeks IDX High Dividend (IDX HIDIV20). Sebagai informasi, IDX HIDIV20 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama tiga tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi.
Senada, Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama bilang, beleid ini akan memacu investor meningkatkan investasinya di Tanah Air. Sehingga, saham-saham yang rajin membagikan dividen berpotensi semakin dilirik, seperti saham-saham konstituen IDX HIDIV20.
Nafan menambahkan, emiten yang loyal membagikan dividen menujukkan adanya good corporate governance (GCG) dan kondisi fundamental yang baik. Di tengah pandemi, emiten yang masih membagikan dividen berarti mampu melakukan mitigasi risiko dan masih bisa menjalankan bisnisnya. Ini menambah sisi kemenarikan saham-sahamnya.
Walau demikian, Nafan tidak memungkiri tahun 2020 merupakan momen yang berat bagi emiten karena kinerjanya terdampak pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, investor akan cenderung memaklumi dividend yield yang kemungkinan besar akan tertekan.
"Apalagi kami melihat, performa IDX HIDIV20 dan IHSG pada umumnya cenderung uptrend dalam jangka panjang karena adanya potensi membaiknya kondisi ekonomi," ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (3/3).
Baca Juga: Ini kesiapan KSEI terkait aturan insentif PPh dividen
Menyikapinya, Nafan menyarankan investor untuk lebih mencermati prospek saham-saham ke depan. Salah satunya dengan melihat kinerja fundmental yang menujukkan tanda-tanda perbaikan.
Adapun di antara saham-saham IDX HIDIV20 yang ada, Nafan menjagokan sektor perbankan seperti BBCA, BBNI, BMRI. Ketiganya direkomendasikan akumulasi beli dengan target harga BBCA di Rp 37.600 dan Rp 39.050 per saham, BBNI di Rp 7.950 per saham, serta BMRI di Rp 7.550, Rp 7.850, dan Rp 8.050 per saham.
Saham lain yang menurut dia menarik dilirik seperti ADRO disarankan akumulasi beli dengan target harga Rp 1.340 dan Rp 1.715 per saham. HMSP akumulasi beli dengan target harga Rp 2.550 per saham. INDF akumulasi beli dengan target harga Rp 7.000 per saham, serta INTP akumulasi beli dengan target harga Rp 19.625 per saham.
Selain itu, Nafan juga memandang menarik KLBF sehingga menyarankan akumulasi beli dengan target harga Rp 1.980 per saham. PTBA akumulasi beli dengan target harga Rp 3.700 per saham. TLKM akumulasi beli dengan target harga Rp 4.330 dan Rp 4.540 per saham. UNTR akumulasi beli dengan target harga Rp 30.250 dan Rp 34.500 per saham. Ada juga UNVR akumulasi beli dengan target harga Rp 10.175 per saham.
Baca Juga: Hari ini menguat 0,28%, simak proyeksi pergerakan IHSG untuk Kamis (4/3)
Sementara Anggaraksa cenderung menilai, dampak kebijakan dividen bebas PPh akan kurang terasa untuk saat ini. Sebab, mayoirtas laba emiten di sepanjang tahun 2020 tertekan pandemi Covid-19, termasuk saham-saham yang masuk dalam jajaran IDX HIDIV20.
Oleh karenanya, untuk dapat memaksimalkan beleid itu, investor disarankan memilih emiten-emiten yang labanya cenderung stabil kendati di tengah pandemi sekalipun. Jika berkaca dari tahun 2020, Anggaraksa tertarik terhadap TLKM dan KLBF.
Walau kedua emiten belum mengeluarkan laporan keuangan tahunan, dia melihat keduanya berkinerja lebih baik dibanding saham IDX HIDIV20 lainnya. Khusus untuk KLBF, Anggaraksa mencermati emiten farmasi itu punya komiten kebijakan dividen yang jelas seperti berupaya tetap membagikan 45%-55% dari laba yang dikantongi.
Anggaraksa pun merekomendasikan buy TLKM dan KLBF dengan target harga masing-masing Rp 3.800 per saham dan Rp 17.050 per saham.
Baca Juga: Pembebasan Pajak Dividen Menahan Outflow Pasar Saham, Cermati Saham Pembagi Dividen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News