Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) diproyeksikan mencatat kinerja yang positif pada semester II – 2025. Permintaan fiber optik dan peningkatan trafik data menjadi faktor penentu kinerja TOWR ke depannya.
TOWR membukukan pendapatan Rp 6,4 triliun pada semester I – 2025, tumbuh 3,9% dari capaian pada periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Laba bersih TOWR juga naik 2,9% secara yoy menjadi Rp 1,65 triliun.
“Pendatapan sewa menara merupakan kontributor terbesar (89%) meningkat menjadi Rp 5,6 triliun (naik 1,8% yoy),” ujar Aqil Triyadi, Analis Panin Sekuritas dalam risetnya 4 Agustus 2025.
Baca Juga: PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Berharap Pada Bisnis Serat Optik
Sementara itu pendapatan jasa lainnya turut mendorong pertumbuhan senilai Rp 645 miliar (naik 25,2% yoy) yang didorong oleh peningkatan pendapatan dari pengembangan fiber optik perseroan.
Hal ini berdampak pada kenaikan EBITDA pada kuartal II – 2025 sebesar Rp 2,6 triliun (naik 2,9% yoy) membawa EBITDA kumulatif sepanjang semester I – 2025 menjadi Rp 5,1 triliun (naik 3,5% yoy).
Sukarno Alatas, Senior Riset Kiwoom Sekuritas mengatakan, prospek kinerja TOWR pada semester II-2025 diperkirakan akan tetap mencatat kinerja operasional yang solid.
Ditopang oleh pertumbuhan permintaan fiber seiring peningkatan trafik data. Model bisnis menara dan fiber yang berulang serta margin tinggi akan menjaga stabilitas pendapatan dan EBITDA.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Sarana Menara Nusantara (TOWR) dari Analis Berikut
“Sementara ekspansi digital melalui akuisisi PT Remala Abadi Tbk (DATA) menjadi katalis pertumbuhan baru,” ujar Sukarno kepada Kontan, Selasa (2/9).
Steven Gunawan, KB Valbury Sekuritas dalam risetnya pada 7 Agustus 2025 optimistis terhadap ekspansi fiber optik TOWR yang didukung oleh akuisisi 40% saham Remala Abadi senilai Rp535,7 miliar.
Ini akan memperkuat keberadaan infrastruktur fiber optiknya. Steven memproyeksikan segmen non-menara TOWR tumbuh 10,2% yoy menjadi Rp 4,7 triliun.
Proyeksi ini didorong oleh perkiraan peningkatan FTTT (Fiber to the Tower) sebesar 16,2% menjadi Rp 3 triliun yang didukung oleh peluncuran fiber optik sepanjang 36.000 km. Sehingga total penggelaran menjadi 253.500 km.
Konektivitas diperkirakan tumbuh 1,2% menjadi Rp 1,6 triliun, didukung oleh 19.700 aktivasi baru. Pendapatan sewa menara diperkirakan tumbuh moderat sebesar 0,7% menjadi Rp 8,6 triliun.
Manajemen menyebutkan di tahun 2025 ini masih akan cukup banyak tantangan di industri telekomunikasi yang akan berdampak negatif pada pertumbuhan perusahaan. Mulai dari konsolidasi EXCL-FREN hingga potensi persaingan harga paket data.
Untuk itu perseroan menargetkan di tahun 2025 dengan pertumbuhan pendapatan low single digit. Sementara EBITDA tumbuh sedikit diatas pendapatan yang akan dipengaruhi oleh segmen non-tower.
Baca Juga: Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bagikan Dividen Rp 800 Miliar
Meskipun FTTT hanya berkontribusi 17,1% dari total pendapatan, FTTT tetap menjadi pendorong pertumbuhan utama di tengah konsolidasi MNO yang sedang berlangsung. FTTH juga mencatat pertumbuhan yang kuat, dengan pendapatan naik 29,3% menjadi Rp314,0 miliar.
Manajemen menargetkan 2,0 juta homepass, setelah mencapai 1,78 juta pada semester pertama 2025.
Namun, Sukarno mengatakan, beberapa tantangan yang bisa menekan kinerja TOWR. Antara lain kebutuhan belanja modal (capex) yang tinggi, risiko fluktuasi nilai tukar, dan potensi tekanan laba bersih akibat pembengkakan biaya keuangan.
Serta efek dilusi dari rights issue Rp 9 triliun sebelum menghasilkan kontribusi penuh terhadap pertumbuhan.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Sarana Menara Nusantara (TOWR) di Tengah Tantangan 2025
Selain itu, Aqil menyebut dampak konsolidasi sektor telekomunikasi masih menjadi tantangan Perseroan. Industri telekomunikasi yang mengalami persaingan ketat juga akan berdampak kurang positif bagi industri menara.
Menurut Sukarno, investor perlu mencermati beberapa faktor utama seperti realisasi akuisisi dan ekspansi digital, tren penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang berpotensi menurunkan beban bunga, kebutuhan capex jangka pendek.
Serta dinamika makroekonomi yang memengaruhi pergerakan nilai tukar. Penurunan BI rate khususnya akan menjadi katalis positif bagi margin laba bersih dan valuasi saham.
“Dengan fundamental yang solid, margin tinggi, serta prospek pertumbuhan fiber dan ekspansi digital, saham TOWR tetap menarik untuk jangka menengah-panjang,” ucap Sukarno.
Baca Juga: Sarana Menara Nusantara (TOWR) Pasang Target Konservatif di 2025
KB Valbury Sekuritas memproyeksikan pendapatan dan laba bersih TOWR tahun 2025 masing - masing sebesar Rp 13,22 triliun dan Rp 3,4 triliun. Tahun 2024 pendapatan TOWR Rp 12,74 triliun dan laba bersih Rp 3,4 triliun.
Steven dan Sukarno merekomendasikan Buy saham TOWR dengan target harga masing – masing Rp 800 per saham dan Rp 700 per saham. Sedangkan, Aqil merekomendasikan Hold TOWR dengan target harga Rp 575 per saham.
Selanjutnya: MNC Sekuritas Perkenalkanm Fitur Lite dan Pro Dalam Satu Aplikasi
Menarik Dibaca: 5 Aturan Emas Warren Buffett untuk Menghindari Jebakan Keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News