kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Diskon PPN Diperpanjang, Ini Emiten Properti yang Diuntungkan


Jumat, 18 Februari 2022 / 06:30 WIB
Diskon PPN Diperpanjang, Ini Emiten Properti yang Diuntungkan


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memperpanjang program pembebasan pajak rumah baru alias pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah. Pembebasan pajak PPN ini dapat mendukung pertumbuhan pra penjualan alias marketing sales emtien properti. 

Analis UOB Kay Hian Akhmad Nurcahyadi mengatakan, emiten yang akan menuai berkah dari perpanjangan pembebasan PPN diantaranya PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). "Kontribusi terhadap total marketing sales pada tahun 2022 untuk BSDE, CTRA dan SMRA masing-masing bisa mencapai 12%, 9%, dan 10%," jelas dia dalam riset 15 Februari 2022. 

Sentimen lain yang bisa mempengaruhi prospek saham emiten properti adalah meningkatnya kasus COVID-19. Katalisator yang dapat mendukung pertumbuhan sektor emiten properti adalah cadangan lahan properti yang lebih dari cukup serta berbagai peluncuran proyek untuk mendukung pertumbuhan prapenjualan. 

Baca Juga: Mengukur Prospek Emiten Properti Afiliasi BUMN di Tengah Kokohnya Pengembang Swasta

Tak hanya itu, potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia serta saat penyesuaian ke bunga KPR akan mempengaruhi prospek emiten properti. Pertumbuhan pendapatan berulang seperti dicabutnya diskon untuk tenant mall akan mengerek prospek emiten properti. 

Karena itu, Akhmad mempertahankan rekomendasi OVERWEIGHT saham pada sektor emiten properti. 

"Pembebasan PPN telah diperpanjang untuk kedua kalinya dengan diskon 50% hingga 22 September tahun ini. Lebih panjang dari sebelumnya sampai 22 Juni," kata Akhmad. Meskipun ini diberikan dengan persentase yang lebih rendah, pengecualian tersebut masih dapat menopang sektor emiten properti pada tahun ini. 

Berdasarkan skema baru tersebut mak properti hunian tapak dengan harga maksimum Rp 2 miliar akan mendapatkan pembebasan 50%, turun dari 100% sebelumnya. Sementara, properti yang dihargai Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar akan mendapatkan keringanan 25%, turun dari sebelumnya 50%. 

"Program ini memenuhi syarat baik untuk rumah tapak maupun properti high rise baik properti dalam inventaris dan sedang dibangun yang diserahterimakan sebelum 22 September," papar Akhmad. 

Baca Juga: Knight Frank Indonesia Perkirakan Harga Properti Residensial Terkoreksi di Kuartal I

Jika marketing sales emiten properti pada tahun 2021 di atas target total presales developer properti di bawah cakupan UOB Kay Hian kecuali PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) tumbuh rata-rata 37,6% secara year on year (yoy) menjadi Rp 6,8 triliun pada tahun 2021. 

Angka marketing sales BSDE tahun 2021 sebesar Rp 7,7 triliun berada di atas 10,2% target prapenjualan 2021 perusahaan yang memperkirakan di Rp 7 triliun. Realisasi marketing sales BSDE juga lebih tinggi dari perkiraan yang dibuat oleh UOB Kay Hian 2,9% di Rp 7,5 triliun. 

Pra penjualan Ciputra Development (CTRA) juga tumbuh 35% secara yoy menjadi Rp 7,4 triliun. Angka ini lebih tinggi 27% dari manajemen CTRA sebesar Rp 5,9 triliun dan sekitar 16% di atas perkiraan UOB Kay Hian sebesar Rp 6,4 triliun.

Summarecon Agung (SMRA) juga melaporkan pertumbuhan marketing sales yang kuat sebesar 58,7% yoy menjadi Rp 5,24 triliun. Hasil marketing sales SMRA berasal dari Summarecon Serpong (33,7%) dan Bogor (35,6%), mengambil porsi terbesar 69,3% dari total prapenjualan.

Baca Juga: Ciputra (CTRA) Proyeksi Serapan Ruang Perkantoran Masih Melambat Tahun Ini

Akhmad berharap, perpanjangan pembebasan PPN akan mendukung pertumbuhan prapenjualan pada tahun 2022. Program pembebasan PPN (pajak untuk pembeli rumah sebesar 10% dari harga rumah), bisa menjadi katalis positif bagi pengembang di bawah emiten yang dikaver UOB Kay Hian. "Kami mengharapkan total pertumbuhan prapenjualan pengembang properti di bawah cakupan kami mencapai 7,3% yoy di tahun 2022," ujar dia. 

Dari jumlah tersebut, UOB Kay Hian memperkirakan, segmen residensial tumbuh sekitar 8,4% yoy lebih rendah dari tahun 2021 yang tumbuh 34,2% yoy. Namun penjualan segmen residensial menjadi kontributor utama total marketing sales sebesar 73,3% pada tahun 2022, dari tahun 2021 yang menyumbang 72,6%. 

"Prakiraan pertumbuhan kami untuk prapenjualan BSDE, CTRA, dan SMRA pada tahun 2022 mencakup dampak positif dari pembebasan PPN," kata Akhmad. Pada tahun 2021, kontribusi pembebasan PPN untuk prapenjualan CTRA 27%, SMRA 15% dan BSDE sekitar 13%. 

Selanjutnya, sentimen lain yang diharapkan dari emiten properti adalah rendahnya bunga KPR bisa berlanjut setidaknya hingga semester I tahun ini. "Kami mengantisipasi Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini," kata Akhmad. 

Faktor risiko lain adalah The Fed berencana menaikkan suku bunga dan inflasi yang meningkat. Namun, data historis menunjukkan bahwa ada jeda waktu kenaikan bunga acuan dan bunga KPR. Artinya kenaikan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate tidak dilakukan dalam bulan yang sama. 

Jika dengan asumsi BI akan menaikkan benchmark secepat awal-kuartal ke 2 tahun 2022. Maka UOB Kay Hian memperkirakan dampak pada bunga KPR kemungkinan dimulai pada awal kuartal III tahun 2022. 

Baca Juga: Bumi Serpong Damai (BSDE) Cetak Marketing Sales Rp 7,7 Triliun di Tahun 2021

Ini bersama dengan kebijakan uang muka nol persen dan lingkungan tingkat hipotek rendah di semester I tahun 2022. "Kami memperkirakan, pengembang terus mencatat pertumbuhan permintaan perumahan," ujar Akhmad dalam riset. 

Untuk empat saham emiten properti yang dikaver oleh UOB Kay Hian diberi rekomendasi BUY. Dimana saham BSDE dipasang target Rp 1.300 per saham, CTRA diberi target Rp 1.200, SMRA Rp 1.000 dan BEST dengan target Rp 195. 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×