Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Transaksi obligasi di pasar sekunder kembali marak. Data Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE) Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin (6 /9), menunjukkan volume transaksi perdagangan melejit sebesar 80,8% menjadi Rp 8,8 triliun. Pada hari sebelumnya, volume transaksi hanya Rp 4,9 triliun.
Senada, frekuensi perdagangan obligasi pun meningkat 97,8% dari 139 transaksi menjadi 275 transaksi.
Obligasi pemerintah bertenor panjang masih yang berkontribusi tertinggi pada kenaikan volume perdagangan. Volume transaksi obligasi bertenor panjang meningkat 332,7% dari Rp 1,8 triliun menjadi Rp 8,1 triliun.
Corporate secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumbal Sihombing menyebut, untuk seri teraktif adalah obligasi negara seri FR0058 (time to maturity 20,79 tahun). "Seri tersebut berhasil menjadi seri teraktif untuk obligasi pemerintah dengan total 90 transaksi, senilai Rp 4,1 triliun," urai Tumpal, Rabu (7/9).
Sementara, untuk obligasi korporasi, seri obligasi APLN01B (Obligasi Agung Podomoro Land tahun 2011 seri B) menjadi seri teraktif dengan volume perdagangan sebesar Rp30 miliar, dan ditransaksikan 9 kali.
Tumpal menjelaskan, kembali ramainya volume perdagangan obligasi di pasar sekunder ini dipicu sejumlah sentimen global. Salah satunya, sentimen Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang dikabarkan telah meminta sidang bersama Kongres pada 8 September untuk mengungkapkan rencananya dalam mendorong pertumbuhan pasar tenaga kerja.
Selain itu, ada kabar baik mengenai rilis data indeks Institute for Supply Management untuk industri jasa yang naik menjadi 53,3 per Agustus, dari bulan sebelumnya di 52,7. Angka ini melebihi prediksi ekonom yang hanya sebesar 51. Kemudian, produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan yang tumbuh 0,9% pada kuartal kedua.
Walaupun di lain pihak, HSBC Holdings Plc memangkas pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini dan tahun depan. Pertumbuhan ekonomi global diprediksi hanya tumbuh 2,6% di tahun ini, dan sebesar 2,8% pada tahun depan. Padahal, pada Juni lalu, ekonomi global diprediksi bisa bertumbuh hingga 3,4% di 2011 dan 2012.
Tumpal bilang, sentimen positif global itu menyebabkan orang-orang percaya diri untuk berinvestasi pada aset-aset negara yang berfundamental bagus dan memberikan imbal hasil tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News