Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengaku tak berharap banyak dari diversifikasi bisnis dalam memperbaiki kinerja ke depan.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan GGRM Heru Budiman mengakui daya beli masyarakat masih lemah dan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang meyakinkan. Menurutnya, Gudang Garam pun jadi tak bisa menaikkan harga produk di saat masyarakat perokok cenderung memilih rokok alternatif dengan harga yang lebih murah. Hal itu lantas berisiko menurunkan volume jual produknya.
“Perbaikan profitabilitas bisa realistis tercapai jika terjadi perbaikan daya beli,” ujarnya dalam Pubex Live 2025, Kamis (11/9/2025).
Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) Curhat Soal Penindakan Rokok Ilegal
Meskipun GGRM menyambut baik peniadaan kenaikan cukai rokok di tahun 2025, tetapi perseroan masih melihat penentuan cukai ini sebagai sesuatu yang tak pasti.
“Kami agak bisa bernafas sedikit, tetapi tidak naiknya cukai itu tidak berarti kami bisa langsung untung. Kenaikan cukai yang sudah terjadi belum seluruhnya bisa terkompensasi oleh kenaikan harga produk yang proporsional,” tuturnya.
Heru pun menegaskan GGRM masih menjadikan rokok sebagai bisnis inti perseroan, meskipun saat ini ada diversifikasi di bidang usaha lain, termasuk infrastruktur.
Asal tahu saja, GGRM baru-baru ini menyuntikkan modal Rp 1,5 triliun ke anak usahanya, PT Surya Sapta Agung Tol (SSAT), untuk mendukung proyek Jalan Tol Kediri-Tulungagung. SSAT berperan sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) untuk proyek Jalan Tol Kediri-Tulungagung.
Jalan tol sepanjang 44,17 km ini terdiri dari dua bagian utama yaitu akses menuju Bandara Dhoho Kediri sepanjang 6,82 km dan jalan utama Kediri-Mojo-Tulungagung sepanjang 37,35 km. Infrastruktur ini akan memiliki 2x2 lajur dengan empat simpang susun, yang berlokasi di Bulawen, Kediri, Mojo, dan Tulungagung.
“Kami akan tetap konsisten melanjutkan proyek tersebut (Bandara Dhoho dan jalan tol),” kata Direktur GGRM Istata Taswin Siddharta dalam kesempatan yang sama.
Baca Juga: Manajemen Gudang Garam (GGRM) Angkat Bicara Soal Isu PHK Massal
Istata bilang, GGRM sebenarnya tak menutup peluang untuk melakukan inovasi produk baru atau diversifikasi bisnis sebagai strategi memperbaiki kinerja ke depan. Namun, kedua strategi tersebut tetap menemui tantangan berat saat ini.
Terkait produk baru, pertanyaan paling berat adalah terkait penyerapan oleh masyarakat dan margin penjualan. Sementara, diversifikasi bisnis hasilnya baru akan terlihat dalam waktu yang cukup panjang.
“Kalau kami mengharapkan perbaikan bottom line perusahaan dari diversifikasi, itu akan menjadi tujuan jangka menengah atau jangka panjang,” katanya.
Sebagai gambaran, laba bersih GGRM anjlok 87,34% secara tahunan alias year on year (yoy) ke Rp 117,16 miliar per semester I 2025. Pendapatan GGRM juga turun 11,4% yoy ke Rp 44,36 miliar pada paruh pertama tahun ini.
Selanjutnya: Saham BCA Masih Dibawah Rp 8.000, Analis Sarankan Perseroan Lakukan Buyback
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (12/9) Siaga Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News