Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menjelaskan tidak mengkilapnya kinerja emas seiring dengan beralihnya para investor untuk memburu uang tunai. Sehingga emas sebagai safe haven justru dijual oleh para investor guna mendapatkan uang tunai di tengah situasi saat ini.
“Ini yang membuat harga emas sempat terkoreksi cukup dalam karena investor serempak melakukan aksi jual. Investor saat ini lebih memilih memegang dolar Amerika Serikat (AS) ketimbang menyimpan emas,” jelas Faisyal pada Jumat (3/4).
Baca Juga: Aset alokasi terbaik di masa Wabah Covid-19
Lalu di peringkat ketiga terdapat perak. Emas putih ini ternyata tak mampu keluar dari tekanan sepanjang kuartal I-2020. Mengutip Bloomberg, harga perak di Bursa Comex berada di level US$ 18,01 ketika memulai tahun 2020. Namun sayang, pada 31 Maret, harga perak telah turun cukup dalam ke level US$ 14,16 per ons troi. Artinya, perak telah terkoreksi hingga 21,93%.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono menyebut dalamnya koreksi harga perak tidak terlepas dari persebaran virus corona. Wahyu menjelaskan perak memiliki karakteristik yang mengekor harga emas. Sehingga pergerakan harga emas akan turut berpengaruh terhadap harga perak.
“Sementara imbas corona kan membuat investor berburu dolar Amerika Serikat hingga membuat emas pun dijual. Harga emas yang sempat anjlok pada akhirnya turut membuat harga perak ikut anjlok,” jelas Wahyu kemarin, Sabtu (4/4).
Baca Juga: Inilah komoditas pemacu inflasi minggu pertama April 2020
Terakhir, komoditas logam mulia dengan kinerja paling buruk sepanjang kuartal I-2020 adalah platinum. Berdasarkan Bloomberg, platinum berada di level US$ 983,60 per ons troi pada awal tahun 2020.